Ical Nusantara

1000 Tahun
ilustrasi disway.(net)
0 Komentar

“SAYA ini berutang nyawa. Bagaimana tidak percaya,” ujar Aburizal Bakrie, kemarin.

Saya memang menghubungi Pak Ical –nama panggilan konglomerat dan politikus itu– Selasa lalu. Tapi tidak berhasil. Ternyata beliau yang menghubungi saya, kemarin.

Utang nyawa yang dimaksud adalah peristiwa tahun 2012. Ketika Pak Ical menjabat Ketua Umum Partai Golkar yang lagi mau jadi calon presiden. Tidak banyak yang tahu peristiwa kritis tersebut. Dirahasiakan. Mengapa? “Kan waktu itu mau jadi calon presiden… Bisa payah…,” katanya lantas tertawa.

Baca Juga:53 Ribu Desa dan Kelurahan Berada di Kawasan Rawan Bencana10 Juta Penduduk Sudah Divaksinasi Covid-19

Sore itu, 2012 itu, Pak Ical sedang makan. Ketika menyuapkan sendok ke mulut, sendoknya mengarah ke pipi. Dicoba lagi, begitu lagi. Berarti tanda-tanda lagi terserang stroke.

Pak Ical dilarikan ke rumah sakit. Dirawat intensif di situ. Jangan sampai ada yang tahu. Menjelang tengah malam, Pak Ical koma. Dokter yang merawat, akhirnya memutuskan memindahkan Pak Ical ke RSPAD. Keluarga setuju.

Di RSPAD, Pak Ical langsung ditangani dokter Terawan Agus Putranto. Pakai DSA-nya yang sangat kontroversial itu. Pak Ical harus menjalani MRI dulu. Seluruh pasien yang akan menjalani DSA memang harus di-MRI lebih dulu –untuk melihat seluruh saluran darah di otak.

Melihat hasil MRI itu, perawat di RSPAD terkejut. Saluran darah praktis buntu semua. Sudah seperti tidak mungkin dilakukan DSA. Yakni dengan cara memasukkan kateter dari arah selangkangan menuju seluruh saluran darah di otak. Kateter itulah yang menembus satu saluran darah di kepala. Sambil membawa cairan ”pembersih”. Lalu ditarik sedikit. Untuk dimasukkan lagi ke saluran darah satunya. Ditarik lagi sedikit. Dimasukkan lagi ke saluran darah yang lain lagi. Sampai selesai. Sampai seluruh saluran darah yang buntu dibersihkan.

Tentu Pak Ical tidak tahu semua itu. Cerita tersebut ia dapat setelah sembuh –lalu diceritakan lagi ke saya kemarin. Malam itu juga Pak Ical siuman. Lalu sehat seperti secara spontan.

Pagi harinya Presiden SBY menelepon Pak Ical. “Pak Ical tidak boleh sakit,” ujar Pak SBY seperti yang ditirukan pak Ical.

“Kok bapak Presiden tahu saya sakit?” jawab Pak Ical.

0 Komentar