“Rasanya benar-benar ayam murni,” ujar salah satu dari mereka. “Kami bisa makan ayam tanpa merasa bersalah,” katanya. Misalnya, tidak perlu sambil makan ayam membayangkan bagaimana sakitnya ayam disembelih.
Acara cicip-cicip itu memberi kepercayaan diri bagi Klub 1880. Maka sejak Januari lalu menu ayam lab itu pun dipermanenkan di situ.
Untuk sementara chicken nugget tadi dibuat di Singapore Polytechnic’s Food Innovation and Resource Centre. Yang satu hari baru bisa membuat 48 chicken nugget. Itulah sebabnya harga menu chicken nugget di Klub 1880l masih mahal. Satu porsinya Rp 300 ribu.
Baca Juga:Jokowi Perintahkan Langkah Tanggap Darurat Penanganan Gempa MalangMenang 3-2 Kontra Persebaya, Persib Lolos ke Semifinal Piala Menpora 2021
Kelak mereka akan mendirikan pabrik besar. Termasuk di Amerika dan Eropa. Agar harga daging ayam lab itu lebih murah dari hasil peternakan asli.
Sebenarnya sudah lama Eat Just –perusahaan San Francisco itu– ingin bergerak di daging non hewan. Sejak tahun 2011. Mereka melihat kebutuhan daging dan ayam terus meningkat. Di seluruh dunia. Sampai-sampai ayam dipaksa besar dengan kimia. Agar bisa disembelih di umur 45 hari.
Produk pertama Eat Just adalah telur ayam. Yang tidak ditelurkan oleh ayam. Yang diprotes besar-besaran di Amerika. Terutama oleh asosiasi peternakan ayam petelur.
Eat Just akan terus mengembangkan jenis daging lab itu. Daging apa saja: ayam, sapi, babi, dan kambing. Sesuai dengan perkembangan lab mereka. Mereka menjual daging itu atas nama merek ”Good Food”.
Siapa tahu kelak orang Islam pun bisa makan babi –setelah ditemukan rasa daging babi yang asalnya bukan dari babi. (*)