Barulah ketika ada Covid mesin pemroses darah itu kerja keras. Terutama setelah RSPAD Gatot Subroto berhasil menjadi perintis dimulainya pengobatan konvalesen pertama di Indonesia.
Beda dengan donor darah, donor konvalesen itu perlu waktu hampir satu jam. “Caranya seperti cuci darah,” ujar Eddy. Pendonor duduk di sebelah mesin. Darah pendonor dialirkan ke mesin itu. Hanya untuk diambil plasma konvaselennya. Unsur darah lainnya kembali masuk tubuh.
Semua itu memakan waktu 45 menit. Lalu tunggu 30 menit lagi sebelum pergi – -untuk kehati-hatian.
Baca Juga:Wamenkes: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Aman DigunakanSoal Mudik Lebaran 2021, Wapres: Menjelang Puasa Nanti akan Ada Keputusan
“Setelah yang pertama itu hampir tiap dua minggu sekali saya donor konvalesen,” ujar Satya.
Sebentar lagi Satya pindah kembali ke Jakarta. Ia bekerja di perusahaan distributor bumbu masak Sasa. Umurnya 50 tahun. Anaknya tiga orang.
Sudah tiga tahun Satya bertugas di Surabaya. Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta. Setamat SMAN 7 Gambir Satya meneruskan kuliah di sekolah tinggi ilmu ekonomi swasta. Ayahnya Sunda, ibunya Palembang. Istrinya dari Bandung, kerja sebagai tenaga medis di Tangerang.
Satya senang ditarik lagi ke Jakarta. Bisa dekat dengan keluarga. Tapi ia menjadi belum tahu apakah akan bisa donor plasma untuk yang ke 11 kali dan seterusnya.
Awalnya Satya hanya sakit biasa. Masuk rumah sakit. Dinyatakan sembuh. Lalu bekerja lagi. Tapi ia harus kembali ke rumah sakit untuk kontrol. Termasuk harus antre pemeriksaan paru-paru. Ia curiga saat kontrol itulah tertular Covid.
Itu bulan Mei 2020.
Ia dirawat di RS khusus Covid – -saat itu disebut RS Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya.
Ia termasuk pasien angkatan pertama yang masuk RS yang baru saja dibuka itu.
Baca Juga:Korban Tenggelam di Pantai Simpangsari Cidaun Cianjur Ditemukan Meninggal DuniaHari Kedua Pencarian Korban Terseret Ombak Pantai Simpangsari Cidaun Cianjur Masih Belum Membuahkan Hasil
Setelah sembuh ia tergabung dalam grup alumni RS Lapangan Indrapura. Ia masuk grup 1 – -karena tergolong pasien awal. “Sekarang sudah ada grup 14,” ujar Satya. Satu grup berisi sekitar 100 orang – -sesuai kapasitas WA.
Di grup WA itulah ia kali pertama tahu konvalesen. Di bulan Juli ia tergugah untuk menjadi pendonor. Setelah diperiksa ternyata memenuhi syarat. Sejak itu Satya terus menjadi pendonor konvalesen. Sampai yang kali ke-10 kemarin.