Cara lama pentas wayang begini:
Anda order show. Biasanya harus datang sendiri ke rumah dalang. Disepakati tanggalnya. Seno lantas mengadakan show di tempat Anda. Di halaman rumah Anda. Atau di lapangan. Di pinggir jalan. Atau di gedung.
Seno membawa semua gamelan, wayang satu peti, peralatan panggung, para penyanyi (sinden), para musisi (penabuh gamelan), dan pengeras suara. Menata semua itu perlu satu hari tersendiri.
Pertunjukan itu satu malam suntuk. Sampai jam 05.00 pagi.
Biayanya: sekitar Rp 150 juta.
Cara baru di saat Covid:
Anda order lewat aplikasi.
Tanggal disepakati. Anda diberi link dan password. Untuk nonton di handphone Anda. Atau di smart TV Anda di rumah.
Seno mendalang di rumahnya sendiri di Jogja. Selama 2 jam.
Biayanya: Rp 10 juta.
Kalau Anda menginginkan penyanyi favorit Anda biayanya tambah Rp 500 ribu. Kalau mau tambah 2 sinden Rp 1 juta.
Masih boleh minta tambahan apa saja. Ada tarifnya sendiri.
Pertunjukan itu bisa diikuti siapa saja lewat live streaming.
Seno masih bisa dapat tambahan uang: dari saweran. Yang ingin menyawer bisa menggunakan aplikasi. Nama penyawer muncul di teks yang berjalan di layar. Juga nilai sawerannya. Ada yang menyawer Rp 1 juta. Ada juga yang Rp 100.000. Tapi banyak sekali.
Penonton juga bisa kirim komentar. Yang bunyinya juga muncul di layar.
Seru sekali.
Saya tidak menyangka pergelaran wayang kulit bisa dibuat begitu modern oleh Seno Nugroho.
Dan umurnya tidak panjang.
Seno sebenarnya sudah men-streaming-kan penampilannya sejak 5 tahun lalu. Terutama kalau order show itu di tempat yang link telekomunikasinya memungkinkan.
Karena itu begitu Covid tiba, Seno sudah tidak perlu belajar lagi. Teknologi streaming sudah ia kuasai.
Awalnya bukan untuk siap-siap ada Covid. Tapi agar bisa dimasukkan ke YouTube. Dan memang sejak masuk YouTube popularitasnya kian berkibar. Pula dapat menghasilkan tambahan dari YouTube-nya yang laris.
Ketika Covid datang, Seno sepi. “Semua order batal,” ujar Gunawan Widagdo, admin Seno Nugroho.
Itu hanya sebulan. Seno lantas berpikir untuk tetap eksis. Seniman tidak bisa berhenti berkreasi. Seperti juga Kirun.