Cianjurekspres.net – Kenaikan tarif tol dinilai perlu skema jangka pendek dan jangka panjang sebelum pasca resesi. Karena hal tersebut akan memberikan dampak cukup besar akan perkembangan industri di Jabodetabek, Bandung Raya dan Cirebon.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna menyebut, persoalan kenaikan tarif berkaitan dengan standar pelayanan, karena bagi pengguna jalan tol itu membutuhkan 4K yakni Kecepatan, Kenyamanan, Keamanan, dan Keselamatan.
“Jadi kecepatan yang standar tidak banyak hambatan dan gangguan perjalanan. Kenyamanan tol itu harus di jaga, terutama perihal standar keselamatannya,” ujar Yayat dalam konferensi pers via zoom, Rabu (2/9/2020).
Baca Juga:Tarif Tol Cipularang dan Purbaleunyi Akan NaikKomponen Cadangan Jangan Menjadi Beban Negara
Yayat menegaskan, jika kita memberikan tuntutan 4K tersebut kepada Jasa Marga berarti mau tidak mau masyarakat harus ikut berkontribusi.
“Untuk kenaikannya pun untuk golongan 1 relatif hanya Rp3.000, jadi nilai segitu kita sudah memiliki banya nilai tambah nantinya,” tutupnya.
Hal tersebut dinilai karena pemerintah telah memberikan insentif kepada angkutan logistik dalam penyesuaian tarif ruas Jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi.
“Tol Cipularang dan Padaleunyi itu merupakan tulang punggung mobilitas ekspor dari wilayah Jawa Barat menuju Pelabuhan Tanjung Priok, berdasarkan data ekspor Jawa Barat sekitar 60% mobilitasnya menggunakan jalan tol,” imbuhnya.
Belum lagi, nantinya ke wilayah di pelabuhan pantai utara. “Jika Tol Cisundawu selesai ini akan semakin memaksimalkan pelayanan, apalagi jika sudah terhubung ke Bandara Internasional Kertajati,” tutupnya.(Nida Khairiyyah/**)