Kasus Pasien 01 Cijati Terkuak (Bag-1)

Kasus Pasien 01 Cijati Terkuak (Bag-1)
ilustrasi (net)
0 Komentar

Namun, pada Minggu malam kondisi Meita tiba-tiba sakit dan batuk. Ketika batuk, dia merasa sesak napas. Tetapi sesak itu hanya dirasakan ketika batuk saja. Senin siang, 5 April 2020, Ari menyuruh tukang pijat yang biasa setelah melahirkan agar sekalian melihat kondisi istrinya. Tapi, tukang pijat itu mengaku tidak sanggup lantaran darahnya sudah naik ke atas (tanpa menjelaskan gejala penyakit).
Meita pun dibawa ke Puskesmas Bojonglarang pada 6 April 2020 dan ditemani ayah Ari, Rudi Irawan. Sebab, kala itu Ari sedang berada di wilayah Cianjur kota karena ada urusan. Saat itu pula Ari mendapatkan informasi dari sang ayah bahwa penanganan medis di Puskesmas Bojonglarang kurang baik.
Pasalnya, Meita sangat membutuhkan oksigen namun pihak puskesmas tidak ada oksigen. Tetapi ada cadangan oksigen di mobil ambulans. “Itu pun katanya ngambil oksigen dari ambulans di tempat parkir sangat lama, hingga 20 menit untuk ngambil ke depan doang,” keluhnya.
Akhirnya, pada hari itu juga Meita dilakukan rapit test sebanyak dua kali. Tepat pada 6 April 2020 dilakukann rapid tes sebanyak dua kali. Hasil pertama positif dan yang kedua samar. Suhu tubuhnya tinggi 29 derajat. Meita harus dirujuk ke Wisma Atlet, tetapi pihak puskesmas koordinasi lagi dan disarankan untuk RS Hasan Sadikin, Bandung. Tapi transit dulu di Rumah Sakit Cimacan.
Dalam perjalanan di ambulans ke Rumah Sakit Cimacan, dari Cijati ke Sukanagara Meita tidak mendapatkan oksigen, sedangkan istrinya itu sangat membutuhkan oksigen.
Di Sukanagara, dari dokter praktek Meita baru bisa mendapatkan oksigen. Itu pun tidak maksimal. Oksigen hanya dapat diberikan sampai di wilayah Cianjur kota lantaran kehabisan. “Waktu perjalanan dari Cijati sampai Cibeber itu ditemani ayah saya. Lalu giliran gantian jaga dengan saya ketika di Cibeber. Setelah di cibeber saya gantian dampingi istri. Saya dikasih masker dan sarung tangan, tapi saya tidak pakai itu karena saya lebih menghargai istri dari pada saya takut sama penyakit,” ujarnya.
Sampai ke Rumah Sakit Cimacan sekitar pukul 18.00 Wib, ketika adzan Magrib berkumandang. Meita tidak langsung mendapatkan penanganan, dia harus nunggu selama 40 menit. Sedangkan kondisinya sudah sangat parah. Oksigen mati. Napasnya sangat sesak. Tetapi harus menunggu dulu dalam ambulas untuk pemindahan pasien lainnya.

0 Komentar