BANDUNG – Fokus industri keuangan syariah yang dilakukan di Indonesia masih memiliki volume terkecil dibandingkan konvensional. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Bank BJB Syariah, Indra Falatehan.
Menurut Indra, industri keuangan syariah yang dikembangkan dalam bentuk perbankan syariah, asuransi, dan layanan keuangan syariah nonbank lainnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Industri jasa keuangan syariah dengan volume usaha dan kekuatan permodalan kecil, memiliki keterbatasan untuk meningkatkan daya saing dalam bentuk berinvestasi pada teknologi dan memiliki SDM terbaik, terlebih dalam kondisi persaingan ketat dengan dominasi sistem keuangan konvensional yang sudah mapan,” ujarnya dalam Sawala di Savoy Homan Bandung, Kamis (13/2/2020).
Untuk itu, kata Indra, Bank BJB Syariah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan dan mendorong ekosistem halal, salah satunya dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaran Ibadan Haji (BPS-BPIH), Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah Umrah (BPS-BPIU), serta Kemeterian Pariwisata.
“Peran media juga diakui sangat signifikan guna mengedukasi dan menyosialisasikan ekonomi syariah ini,” ujarnya.
Sementara di sektor makanan dan minuman halal, saat ini menjadi sektor dengan potensi terbesar di Indonesia. Pada 2018, belanja produk makanan dan minuman halal Indonesia mencapai USD 170,2 miliar.
Sektor ini merupakan yang terbesar dari industri halal dan dapat berkontribusi sekitar USD 3,3 miliar dari ekspor Indonesia ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), sekaligus negara-negara non-OKI dengan jumlah penduduk Muslim berlimpah seperti Prancis dan Inggris.
“Pertumbuhan ekosistem halal ini mendongkrak pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah,” tutupnya.(nik)