JAKARTA – Ekonom Haryadin Mahardika dari Universitas Indonesia (UI) menyarankan kepada pemerintah untuk mengarahkan pendidikan tenaga kerja muda Indonesia untuk menguasai keahlian atau skill yang kompetensinya bersifat informal.
“Arah pendidikan menengah ke atas, seperti SMK harus diarahkan ke skill-skill yang kompetensi sifatnya informal misalnya bisa menjadi mekanik atau programmer freelance. Jadi pekerjaan-pekerjaan yang menempel pada keahlian,” kata Haryadin Mahardika di Jakarta, Senin (28/10).
Dia menjelaskan bahwa tantangan lima tahun ke depan yakni akan banyak terdapat lowongan pekerjaan yang bersifat informal, dan pekerjaan-pekerjaan bersifat formal akan semakin berkurang.
Saat ini tenaga kerja muda bisa memiliki keahlian informal tertentu seperti driver ojek inline atau YouTubers yang membuat tenaga kerja bisa bekerja tanpa memiliki pekerjaan yang permanen, karena sesungguhnya mereka bekerja dengan keahlian yang mereka miliki.
Selain itu kecenderungan generasi milenial muda saat ini adalah bebas dan tidak mau terikat, sehingga mereka lebih baik mumpuni dalam satu hal serta kemudian bisa mengembangkan dan menjual skill yang dimilikinya tersebut melalui profesi yang informal.
Profesi-profesi informal ini akan makin banyak ke depannya. Jadi pemerintah harus bisa bisa mewadahi hal tersebut. Wadahnya adalah bagaimana supaya semakin banyak perusahaan, platform hingga startup yang dapat menjadi alat bagi teman-teman muda yang ingin bekerja secara informal ini terwadahi, pemerintah membuat sendiri wadah-wadah tersebut atau mendorong insentif kepada perusahaan untuk membuat wadah-wadah itu.
“Ini yang sebetulnya harus semakin diperkuat oleh pemerintah dalam lima tahun mendatang karena profesi-profesi yang bersifat informal akan semakin banyak, dan saat ini trennya perusahaan sudah jarang yang ingin merekrut pegawai tetap. Mereka lebih suka merekrut tenaga kerja by project atau berdasarkan proyek yang sedang ditangani,” jelasnya.
Menurut ekonom UI tersebut, kalau ini tidak dikembangkan dikhawatirkan tenaga kerja muda Indonesia akan kalah bersaing dengan tenaga-tenaga kerja muda dari negara-negara lain yang akan masuk ke Indonesia.
“Kita tidak pernah tahu tiba-tiba banyak tenaga kerja muda asing dari luar negeri yang masuk ke Indonesia karena memiliki keahlian dan bisa bekerja secara informal,” ujar Haryadi Mahardika.