CIANJUR – Dadan Sukandar atau yang akrab disapa Aki Dadan pastinya sudah tidak asing lagi, terutama bagi para pelaku seni musik tradisional Cianjuran. Sayangnya, kondisi ekonomi dan kehidupannya tidak sebesar namanya yang dikenal sebagai maestro Mamaos Cianjuran itu.
Bahkan, pria kelahiran Cianjur pada 23 Mei 1944 itu kini lebih sering tinggal di salah satu ruangan di Gedung Lembaga Kesenian Cianjur, lantaran kondisi rumahnya yang sudah rusak dengan bagian atap yang sudah hampir roboh.
Rumah dengan luas 3,5×10 meter yang menjadi tempat tinggal bagi empat keluarga yang juga masih keponakan dan cucu dari Aki Dadan itu memang kurang layak. Mengingat sudah puluhan tahun rumah tersebut berdiri.
Pada bagian depan rumah pun tampak temboknya sudah mulai retak lantaran dampak gempa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sedangkan pada bagian belakang, atap yang hanya disangga oleh batang bambu sudah hampir ambruk.
Pelestari Seni Budaya Mamaos Cianjuran itu mengaku tidak bisa banyak berbuat untuk membetulkan atau merenovasi rumahnya lantaran tidak memiliki uang. Bahkan untuk makan sehari-hari pun Aki Dadan hanya mengandalkan hasil dari penampilannya di setiap undangan kegiatan dinas ataupun pihak swasta.
“Sekali tampil paling dapat honor Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Kalaupun beruntung ada yang ngasih lebih sampai Rp 200 ribu, itu juga jarang. Ya lumayan cukup untuk makan tiga hari. Jadi mau membetulkan rumah bagaimana, ada untuk sehari-hari saya sudah bersyukur,” kata dia saat ditemui di Gedung LKC, Selasa(10/9).
Menurutnya, beberapa bagian rumahnya sempat diperbaiki dengan dana bantuan dari Yayasan Pasundan dan pejabat pemerintah Cianjur pada 2008 lalu. Namun untuk saat ini belum ada lagi bantuan yang dia terima, terutama dari pemerintahan yang sekarang memimpin.
“Aki mah malu untuk minta bantuan, apalagi ke pemerintah. Seadanya saja, kalaupun ada pihak yang membantu Aki, terimakasih karena telah peduli ke Aki dan keluarga,” ujar dia.
Aki Dadan menambahkan, sekarang dirinya lebih sering tinggal di ruangan yang sudah diubah sebagai tempat tinggi di LKC. Di samping lebih nyaman, dia juga lebih memilih di LKC lantaran memudahkan dirinya untuk mengajar generasi muda Cianjur yang ingin mengenal dan mendalami seni Mamaos Cianjuran.