SUKABUMI – Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI dan Hari Anak Nasional (HAN) 2019 menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas interaksi antar anggota keluarga guna mewujudkan ketahanan keluarga.
Demikian dikatakan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat membuka peringatan Harganas XXVI dan HAN 2019 tingkat provinsi Jabar dengan tema ‘Hari Keluarga Hari Kita Semua: Anak Juara, Kaluarga Juara, Jawa Barat Juara’ di Lapangan Canghegar Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis (29/8).
“Harapannya, Harganas dan HAN dapat jadi momentum untuk mendekatkan dan meningkatkan kembali interaksi antar anggota keluarga untuk mewujudkan ketahanan keluarga,” kata Uu.
Menurut Uu, Gerakan Kembali ke Meja Makan, yang bertujuan untuk menyadarkan pentingnya kebersamaan seluruh anggota keluarga dalam beraktivitas seperti menunaikan ibadah maupun makan malam, harus kembali digerakan.
“Oleh karena itu, dalam momen Harganas dan HAN ini, mari kita luangkan waktu untuk anak. Jangan sampai, waktu kita habis untuk pekerjaan,” ucapnya.
Saat ini, kata Uu, masih banyak persoalan terkait pembangunan keluarga. Dari 12.675.921 keluarga di Jabar, 1.123.951 atau 8,99 persen masih dalam kondisi pra-sejahtera. “Yaitu makan dua kali sehari, memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, sekolah, bekerja, bepergian, jenis lantai rumah terluas bukan tanah, bila sakit dibawa ke fasilitas kesehatan,” katanya.
Selain itu, rata-rata usia wanita menikah pertama berada diangkat 20,2 tahun. Data tersebut menggambarkan, wanita di Jabar menikah sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Meski begitu, jumlah peserta KB aktif meningkat. Pada 2018, jumlah peserta KB di Jabar mencapai 7.486.443. Kondisi itu tidak lepas dari kerja keras Kader KB, PKB/PLKB, dan TPD.
Guna menyelesaikan persoalan terkait pembangunan keluarga, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar meluncurkan sejumlah program. Di antaranya adalah Seperti Ngabaso (Ngabring Ka Sakola), Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita), Motekar (Motivator Ketahanan Keluarga).
Pada kesempatan yang sama, Uu mengatakan bahwa diperlukan pendampingan dan bimbingan anak, memberikan asupan gizi yang baik, melakukan pola asuh sesuai tingkat perkembangannya, memperkuat nilai-nilai agama, serta menjadikan sekolah sebagai rumah kedua, untuk mengakselerasi pembangunan keluarga.