CIANJUR – Sedikitnya 3.225 hektar areal pesawahan di Kabupaten Cianjur terancam kekeringan. Dari jumlah tersebut yang terkena kekeringan mencapai 788 hektar, 23 hektar bahkan sudah fuso atau gagal panen.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura (DPPPH) Kabupaten Cianjur, Henny Iriani Winata mengungkapkan, ancaman kekeringan tersebut tersebar di 32 kecamatan. Untuk yang terkena kekeringan mayoritas berada diwilayah Cianjur selatan.
“Mayoritas yang terkena dampak kekeringan ini tanaman padi yang berada diwilayah Cianjur selatan. Daerah-daerah yang sawahnya tadah hujan atau irigasinya tidak ada sumber air akibat mengering,” kata Henny.
Dia menyebut, berdasarkan data per 27 Juni 2019, musim kemarau yang sudah terjadi mengakibatkan 788 hektar sawah yang tengah ditanami padi terkena dampak. “Ada kekeringan ringan 538 hektar, sedang 154 hektar, berat 73 hektar dam fuso 23 hektar,” katanya.
Tanaman padi tersebut kata Henny masih bisa terselamatkan jika dalam waktu dekat ini masih ada turun hujan atau terairi. Jika tidak mendapatkan pasokan air, kemungkinan besarnya akan terjadi gagal panen atau fuso.
“Makanya saat ini yang bisa dilakukan oleh apra petani yakni memanfaatkan sumber air yang ada disekitar areal pesawahan. JIka saluran irigasinya masih ada air dilakukan upaya gilir giring atau diatur sedemikian rupa. Kalau ada bendungan air bisa memanfaatkan pompa yang ada,” paparnya.
Selain itu upaya lainnya, agar tidak terjadi kerugian yang semakin besar akibat kekeringan, petani juga di intruksikan untuk menanam palawija. “Palawija dianggap tanaman yang minim pemanfaatan air, sehingga masih bisa panen, apalagi jangka waktunya lebih pendek,” tegasnya.
Adapaun wilayah Cianjur yang paling parah terdampak kekeringan terjadi di wilayah Kecamatan Cijati, Kadupandak dan Cibinong. “Untuk di Kecamatan Cijati setidaknya ada sekitar 13 hektar tanaman padi fuso atau gagal panen, 27 hektar kategori berat, 27 hektar sedang dan 75 hektar ringan,” jelasnya.
Akibat kekeringan yang terjadi saat ini menurut Henny, petani di Cianjur akan kehilangan ribuan ton padi. Berdasarkan pemetaan dan data yang terjadi diprediksi mencapai 2.037,74 ton. “Jika kondisinya tidak banyak yang bisa diselamatkan, kemungkinan kita akan kehilangan 2.037,74 ton,” katanya.