CIANJUR – Edi Nuryadi (46) suami dari almarhum Dina Wahdiah Anwar, anggota KPPS di TPS 01 Kampung Pasirpari RT 02/06 Desa Bunijaya, Kecamatan Pagelaran, menilai jika pemilu serentak di tahun 2019 ini sangat merusak demokrasi.
Hal tersebut ia ungkapkan pada saat di ruang mayat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur, pada Minggu (28/4).
“Kalau boleh saya ngasih saran kepada pemerintah, agar pemilu kedepannya jangan lagi dibuat serentak seperti ini. Karena sudah sangat banyak korban jiwa yang berjatuhan gara – gara pemilu ini,” ungkap Edi kepada Cianjur Ekspres.
Edi mengatakan, jika pemilu serentak seperti ini di 5 tahun kedepan akan terus dilanjutkan, maka sudah pasti akan lebih parah lagi.
“Kalau pemilu seperti ini masih diteruskan, ini akan merusak demokrasi. Karena selain banyak yang kelelahan juga banyak memakan korban jiwa,” katanya.
Selain itu lanjut Edi, dirinya berharap ada perhatian khusus dari pemerintah khsususnya dari penyelenggara (KPU).
“Saya mohon minta diperhatikan atas jasa-jasa istri saya pada saat menjalani tugasnya sebagai anggota KPPS,” ujarnya.
Sebelumnya, almarhum Dina Wahdiah Anwar merupakan anggota KPPS di TPS 01 Kampung Pasirpari Desa Bunijaya, Kecamatan Pagelaran meninggal akibat kelelahan pasca mengikuti pungut hitung surat suara pada 17 April lalu.
Dina merupakan salah satu dari korban sistem pemilu yang terbilang melelahkan. Jangan sampai korban serupa akan kembali jatuh, mengingat masih banyaknya penyelenggara pemilu yang mengalami kelelahan dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. (yis/sri)