Saat ini memang terdapat kertas suara lebih dan ada juga yang rusak, namun menurutnya untuk menghindari hal yang tak diinginkan kertas suara tersebut akan disimpan ditempat yang aman dan dalam pengawasan petugas.
“Adapun kertas suara yang berlebih akan kita laporkan ke KPU RI. Dan kita menunggu intruksi apakah nantinya disuruh untuk dimusnahkan maka akan kita musnahkan,” katanya.
Hilman mengaku saat ini pihaknya belum bisa memberikan jumlah keselurah kertas suara yang lebih dan yang rusak berapa? “Kita lihat besok, kelebihannya berapa dan kekurangannya berapa baru akan kita laporkan ke KPU RI,” ujarnya.
Hilman berharap ditanggal 9 April nanti semua sudah selesai dan tinggal pendistribuasian kertas suara ke masing – masing TPS. “Untuk packing saja kita inginnya selesai sebelum tanggal 9 April,” katanya.
Sementara itu Ika Zulpianti (17) pemilih pemula yang juga warga di TPS 25 mengaku sedikit kesulitan dalam pelipatan kertas suara. Karena menurutnya selain banyak sekali caleg – caleg dari mulai DPD, DPR RI, DRD Kabupaten – DPRD Provinsi dan Calon Presiden, selain itu juga kertas suaranya yang cukup besar.
“Jujur saja, saya kesulitannya dalam melipat kertas suara yang besar. Apalagi saya ini pemilih pemula jadi rada ribet juga,” katanya.
Menurutnya dengan adanya simulasi seperti ini dirinya sedikit mengetahui bagaimana cara mencoblos dan melipat kertas suara. “Mudah – mudahan dipelaksanaannya nanti, kita diberikan kemudahan,” tandasnya.
Sementara itu KPU Kabupaten Cianjur memastikan hasil dari simulasi pemungutan dan penghitungan suara tidak akan menjadi patokan hasil dalam pemilu 2019, pada April mendatang.
Sekretaris KPU Kabupaten Cianjur, Endan Hamdani, mengatakan, dalam simulasi tersebut, surat suara yang digunakan bukan surat suara pada pemilu, melainkan hanya contoh bentuk dengan ukuran sebenarnya.
Dia menjelaskan, dalam surat suara calon presiden, bukan dicantumkan nomor urut, melainkan diganti dengan X dan Y. Sementara untuk calon dewan perwakilan rakyat di tingkat daerah, provinsi, ataupun pusat tidak dituliskan nama parpol melainkan diganti oleh nama-nama buah.
“Jadi ini sebatas simulasi pemilihan, untuk mengetahui pemahaman pemilih saat waktunya memberikan hal pilihnya nanti. Ini bukan jadi patokan untuk pemilu nanti siapa yang lebih banyak dipilih,” kata Endan (yis/bay/sri)