Siswa Bertaruh Nyawa Menuju Sekolah

Siswa Bertaruh Nyawa Menuju Sekolah
JEMBATAN: Sejumlah siswa harus melintasi jembatan gantung yang terbuat dari bambu menuju ke sekolah.
0 Komentar

CIANJUR – Seratusan siswa SD dan SMP di Desa Girimukti dan sekitarnya di Kecamatan Sindangbarang terpaksa tidak bisa berangkat ke sekolah ketika hujan deras. Pasalnya, jembatan penghubung antar desa yang terbuat dari kayu, rusak terbawa arus sungai yang meluap.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Cianjur Ekspres jembatan tersebut menjadi akses utama para pelajar untuk bisa sekolah, terutama untuk mereka yang tinggal di Desa Girimukti Kecamatan Sindangbarang.
“Jembatan itu digunakan oleh sekitar seratusan siswa SD dan SMP untuk bersekolah, yakni ke SDN Tanjungsari dan SMPN 8 Sindangbarang,” ujar Tatang RM, 45, salah seorang warga Desa Girimukti kepada Cianjur Ekspres, Rabu (14/11).
Menurutnya, banyak pelajar yang memilih untuk tidak bersekolah ketika terjadi hujan, mengingat arus sungai menjadi deras dan dikhawatirkan menghanyutkan mereka. Selain itu, lanjut dia, rusaknya jembatan tersebut membuat warga dari beberapa desa sulit beraktivitas karena tak adanya akses.
“Kalau kondisinya cerah, tidak hujan, para siswa bisa menyebrang meskipun harus melalui badan sungai. Kalau hujan otomatis tidak bisa dilalui, karena arus deras. Begitu juga warga sekitar, baik dari Desa Girimukti, Jatisari, ataupun desa lain di sekitarnya yang terhubung melalui jembatan tersebut,” kata dia.
Guru di SDN Pasirnagara dan pegawai Kordik Kecamatan Sindangbarang, Yunus Hadiana, mengiyakan jika ada siswanya yang terpaksa diliburkan jika hujan deras. Pihak sekolah pun sudah memaklumi kondisi tersebut, demi keselamatan para siswa.
Apalagi dengan putusnya akses penghubung untuk para siswa berangkat ke sekolah, sejak pekan lalu tersebut. “Itu terjadi setiap tahun, soalnya ketika sudah diperbaiki jembatan nya rusak lagi diterjang arus sungai. Makanya sudah jadi agenda tahunan, ketika musim hujan ada siswa dari desa yang menggunakan akses jalan tersebut, tidak sekolah. Untuk siswa kami ada sekitar 50 anak, dan yang ke SMP itu sekitar 60 siswa,” kata dia.
Dia mengaku, kasihan kepada para pelajar yang terganggu oleh akses yang rusak.  Meskipun semangat pelajar sangat tinggi, namun keselamatan harus diutamakan sehingga pihak sekolah pun tak memaksakan mereka berangkat jika hujan deras.

0 Komentar