CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Kepala Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber, Elan Hermawan, mempertanyakan keabsahan data penerima bantuan sosial (bansos) berupa beras 10 kilogram dari pemerintah yang jumlahnya berkurang drastis pada tahap awal penyaluran tahun 2025. Dari semula tercatat 1.222 keluarga penerima manfaat (KPM), hanya 710 KPM yang mendapatkan bantuan.
“Kami awalnya mengajukan sekitar 1.222 penerima, tetapi saat distribusi hanya keluar barcode untuk sekitar 710 orang. Kami bingung, karena yang kami ajukan sudah melalui validasi lapangan,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, Senin, 28 Juli 2025.
Dia mengungkapkan, pengurangan jumlah penerima ini memicu keluhan warga. Sejumlah masyarakat bahkan mendatangi kantor desa untuk mempertanyakan mengapa kartu bantuan atau barcode mereka tidak muncul, padahal mereka merasa sangat layak menerima bantuan.
Baca Juga:Dosen Senior Luncurkan Buku 364+1 Inspirasi Harian: Dari Refleksi Pandemi Menuju Spiritualitas PublikTabloid Nyata vs Jawapos: Pertarungan Kepemilikan di Pengadilan Negeri Surabaya
“Kami cek di lapangan, banyak warga yang benar-benar membutuhkan justru tidak terdata. Ada yang sudah stroke, ada yang lansia di atas 70 tahun, tapi tidak mendapat bantuan. Ironisnya, ada yang masih muda dan punya lahan sawah luas justru tetap menerima,” jelasnya.
Menurut Elan, pihak desa telah mengupayakan agar tidak terjadi kecemburuan sosial di masyarakat. Dia menyarankan agar warga yang menerima dua karung beras secara sukarela berbagi dengan tetangga yang tidak mendapatkan bantuan.
“Alhamdulillah, banyak warga yang mau berbagi. Ini penting agar tidak menimbulkan gejolak sosial,” ucapnya.
Elan merinci, dengan jumlah 710 penerima dan masing-masing menerima dua karung beras seberat 10 kilogram, total bantuan yang disalurkan mencapai sekitar 14 ton.
Namun demikian, dia menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendataan penerima bansos. Menurutnya, pemerintah seharusnya menggunakan data yang berasal dari desa, bukan hanya hasil survei lapangan yang dianggap tidak akurat.
“RT dan perangkat desa jauh lebih tahu kondisi warganya. Jadi mohon, ke depan, data yang dipakai benar-benar mengacu pada data dari desa,” tegasnya.
Dia juga menyebutkan adanya penerima bantuan yang ternyata sudah meninggal dunia. Untuk itu, desa akan menyalurkan beras yang tidak diambil kepada warga lain yang lebih membutuhkan setelah dilakukan penyisiran ulang.