CIANJUR, CIANJUR.JABARESKPRES.COM– Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah bertemu dengan orang yang selalu merasa paling tersakiti dalam setiap situasi, meskipun kenyataannya merekalah yang justru memicu masalah.
Sikap ini dikenal sebagai playing victim, yaitu kecenderungan seseorang untuk menempatkan dirinya sebagai korban demi mendapatkan simpati dan pembelaan dari orang lain.
Secara psikologis, playing victim adalah bentuk manipulasi emosional. Pelaku akan membalikkan keadaan dengan menutupi kesalahannya sendiri dan menempatkan orang lain sebagai pihak yang bersalah. Fenomena ini banyak ditemukan dalam konteks hubungan asmara, keluarga, hingga pertemanan.
Baca Juga:Jangan Lewatkan! 5 Rahasia Kemuliaan Bulan Muharram yang Menggetarkan JiwaLibur Sekolah, Jadwal Kereta Cianjur–Sukabumi Masih Berjalan Normal dengan Tarif Ekonomis
Berikut beberapa ciri umum yang menandai seseorang yang sering bermain peran sebagai korban:
1. Selalu Menyalahkan Orang Lain
Orang yang playing victim cenderung menghindari introspeksi. Mereka lebih suka menunjuk kesalahan ke pihak lain dan merasa bahwa dirinya selalu diperlakukan tidak adil, tanpa mempertimbangkan kontribusinya terhadap konflik yang terjadi.
2. Menghindari Tanggung Jawab
Setiap kali diminta pertanggungjawaban, pelaku akan mencari alasan, mengelak, atau bahkan bersembunyi di balik narasi bahwa mereka terlalu lemah untuk menanggung akibatnya. Ini membuat proses penyelesaian masalah menjadi buntu.
3. Merasa Tidak Berdaya
Salah satu ciri paling kentara adalah sikap pasrah yang dibuat-buat. Mereka menunjukkan seolah-olah tidak mampu berbuat apa-apa, padahal itu hanya cara untuk menghindar dari solusi dan menyedot perhatian orang lain.
4. Rendah Diri Berlebihan
Meski terlihat seperti kerendahan hati, pada kenyataannya mereka menunjukkan rasa percaya diri yang sangat rendah sebagai bentuk permintaan simpati. Hal ini bisa menimbulkan rasa bersalah dari pihak lain, padahal sejatinya ini adalah bentuk permainan emosional.
Sikap playing victim ini dapat merusak hubungan sosial jika dibiarkan berlarut. Penting untuk mengenali pola-pola seperti ini agar kita dapat menjaga kesehatan mental, menetapkan batasan, dan tidak ikut terseret dalam drama yang merugikan.