CIANJUR,CIANJURJABAREKSPRES.COM – Rasa takut dan keraguan menjadi hambatan utama Pasangan Usia Subur (PUS) mengikuti program KB di Kabupaten Cianjur.
Program KB pertama kali dicetuskan tahun 1970 dengan tujuan menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan jumlah penduduk di suatu negara yang salah satu manfaatnya terhindar dari stunting.
Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cianjur, Rella Nurrella mengatakan, program KB jangka pendek lebih diminati masyarakat dengan alasan mudah dijangkau.
Baca Juga:BBKT ke- 64, Puluhan Anak Nangis di Khitan MassalKasus HIV/AIDS di Cianjur Melonjak, Mayoritas Penyebeb karena LSL
“Ketimbang penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), metode jangka pendek seperti pemakaian obat, suntik, dan kondom lebih diminati. Alasannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat daripada MKJP, misalnya kondom yang bisa ditemui di apotek,” kata Rella.
Selama periode Januari hingga September 2024 Cianjur berhasil mencapai 65,67% atau 260.2266 akseptor KB.
“Tahun sebelumnya, Pasangan usia subur terdaftar KB itu 71,15% atau 297.140 peserta. Sedangkan periode sekarang sampai September baru mencapai 65,67% atau 262.266 akseptor,” ungkapnya.
Meski begitu, kendala yang sering ditemui pemerintah adalah rasa takut dan keraguan dari masyarakat yang ingin mengikuti program KB. Menyiasatinya, DPPKBP3A mengadakan rempuk stunting melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) pada masyarakat.
“Kalau MKJP itu perlu “Diasuh” dulu karena tidak semua orang tahu dan paham, itu salah satu sebab capaiannya tidak sebesar jangka pendek. Kami berusaha mengedukasi lewat rempuk stunting yaitu program edukasi mengenai resiko dan bahaya stunting. Ada juga KIE individu, targetnya perempuan baru menikah atau ibu baru melahirkan. Ini dijalankan oleh petugas dan kader-kader di puskesmas atau posyandu,” katanya.
Selain KIE individu, pemerintah juga gencar melakukan edukasi dengan KIE Kelompok dan KIE Massa yang bekerjasama dengan beberapa pihak tertentu dan ada juga Kampung Kertas (Keluarga Berkualitas).
“KIE Kelompok bisa 5-10 orang dilakukan PPL posyandu. Sedangkan KIE Massa kita berkolaborasi dengan beberapa pihak dan terjun langsung ketika kegiatan seperti di CITIMALL dan CFD. Bahkan di Radio daerah juga ada setiap bulannya kita siarkan. Dan Kampung Kertas itu diupayakan terus-menerus agar masyarakat semakin paham KB dan bahaya stunting demi tercapai zero stunting,” katanya.(sri)