Kemendag Ungkap Transformasi Drastis Ritel Modern Pasca Pandemi

KEMENDAG
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan dalam pembukaan Gambir Trade Talk Transformasi Ritel Modern di Era Digitalisasi di Jakarta, Rabu (14/8/2024). ANTARA/Maria Cicilia Galuh.
0 Komentar

cianjur.jabarekspres.com, ANT – Kepala Badan Kebijakan Perdagangan, Kasan, menyampaikan bahwa sektor ritel modern telah mengalami transformasi yang signifikan sejak awal pandemi Covid-19 hingga saat ini.

Kasan menyampaikan bahwa sejak pandemi, frekuensi kunjungan masyarakat ke toko-toko ritel modern mengalami penurunan yang signifikan, seiring dengan meningkatnya preferensi belanja daring.

“Maka catatan kami selama COVID-19 pada 2020-2022 awal, catatan yang saya pahami, memang online menggantikan tapi porsi transaksinya belum signifikan secara keseluruhan,” ujar Kasan dalam pembukaan Gambir Trade Talk Transformasi Ritel Modern di Era Digitalisasi di Jakarta, Rabu.

Baca Juga:Kabar Gembira! Bahana TCW Hadirkan 6 Pilihan Reksa Dana di Cermati InvestBRI Imbau Nasabah Tingkatkan Kewaspadaan, Hindari Modus Penipuan Terbaru

Lebih lanjut, Kasan menyampaikan, saat ini ritel modern yang berada di area gedung berskala besar atau pusat perbelanjaan besar mulai ditinggalkan. Namun hal ini berlaku secara global, dan belum terlihat di Indonesia.

Ritel modern di negara maju dan Indonesia masih cukup diminati. Namun kini, sebagian besar ritel modern sudah mulai memiliki toko daring.

“Ini tentu transformasi di ritel modern, akan seperti apa ke depannya, apa tetap akan mengandalkan transaksi secara online tapi tetap ada tokonya,” katanya.

Sementara itu, Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Laksmi Kusumawati menyebutkan, bisnis ritel akan menghadapi sejumlah tantangan di era digital seperti kompetisi harga, loyalitas konsumen, keamanan data, adaptasi teknologi hingga perubahan perilaku.

Laksmi menjelaskan, kompetisi harga merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan memaksa peritel untuk menurunkan harga dan margin keuntungan untuk dapat bersaing dengan para pelaku usaha lainnya.

Hal ini juga berkaitan erat dengan loyalitas konsumen terhadap minat produk yang diinginkan.

“Adaptasi teknologi juga sangat diperlukan yang mengharuskan peritel untuk bisa terus berinovasi di dalam pembaruan, pelatihan dan teknologi-teknologi baru, dan lainnya,” ujar Laksmi.

Baca Juga:Jokowi: Prabowo ingin Pembangunan IKN Selesai dalam 4–6 TahunLelang Tujuh Seri SBSN Sukses, Pemerintah Raih Dana Rp8 Triliun

Lebih lanjut, perubahan perilaku konsumen harus menjadi perhatian konsumen. Menurut Laksmi, mau tidak mau peritel harus mencari tahu bagaimana cara berinteraksi dengan konsumen untuk mendapatkan strategi bisnis dan pemasaran yang baru.(antara)

0 Komentar