Ada 36 TPS3R di Cianjur, Hanya 12 yang Berjalan dan Belum Maksimal

Ada 36 TPS3R di Cianjur, Hanya 12 yang Berjalan dan Belum Maksimal
ILUSTRASI MENGGUNUNG: Tumpukan sampah nampak masih menggunung. Perlu pegolahan dan pemilahan agar sampah-sampah terseBut terurai.(MOCH NURSIDIN/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

CIANJUR.JABAREKSPRES.COM,CIANJUR – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cianjur menyebut dari 36 Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) hanya 12 unit yang berjalan dan itupun belum maksimal.

“Yang berjalan dari 36 itu hanya ada 12. Cuma berjalannya kalau ada kegiatan dan belum maksimal. Dengan kondisi TPS sementara di Pasir Sembung sudah over load, dan sudah jadi RTH. Terus yang di Mekarsari Cikalongkulon masih dalam proses pembangunan, pemafaatan TPS3R sangat dibutuhkan,” ungkap Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah DLH Kabupaten Cianjur, Meidy Prasetyadi kepada Cianjur Ekspres, Kamis 1 Februari 2024.

Menurutnya, Bupati Cianjur, Herman Suherman mengimbau agar sampah harus dikelola oleh masing-masing di setiap kecamatan yang ada TPS3R.

Baca Juga:Kejaksaan Akan Periksa Jajaran Direksi PT Cianjur Sugih Mukti: Ada Dugaan Korupsi Modus LainDemam Berdarah di Cianjur Meningkat, Tercatat 219 Kasus Selama Januari 2024

“Cuma mungkin ada beberapa permasalahan, terutama terkait dengan masyarakatnya yang mengelola. Jadi ada beberapa yang saya tahu masyarakat ke TPS3R, cuma yang paling penting itu masalahnya bukan sampahnya, tapi orang yang membuang sampah,” kata Meidy.

“Nah, dari situ saya kemarin sudah ada gerakan terkait pengelolaan sampah yaitu Dipilampah, dipilah, dipilih, pengelolaan sampah di rumah. Jadi sebetulnya yang jadi masalah itu adalah sampah organik, kurang lebih sekitar 60 persen. Dan sekarang saat inimasyarakat itu belum melakukan pemilahan, apalagi pengolahan,” lanjutnya.

Lebih lanjut Meidy mengatakan. sebetulnya dengan konsep di Dipilampah itu bisa dilakukan pemilahan antara sampah organik dan anorganik.

“Kalau bahasa mudahnya sampah basah dan kering. Dari situ setelah pilihan lalu dipilih yang anorganiknya, kan anorganik itu ada yang bernilai dan tidak bernilai. Contoh misalkan ada botol bekas air mineral, kardus dan sebagainya itu bernilai, sebetulnya yang bernilai bisa dikumpulkan dan dijual,” ujarnya.

Dia menjelaskan, khusus sampah organik pengolahan alternatif di rumah, seperti membuat lubang biopori untuk menampung sampah organik, dan sebagainya.

“Harapannya dengan edaran itu masyarakat mulai sadar, dalam artian sampah itu harus dikelola dibeberapa sumber. Dari awal saya akan konsen di pengurangan, karena namanya pengangkutan itu mudah, tinggal di angkut bersih,” tutur Meidy.

Meidy menegaskan, sampah yang di angkut tempatnya sudah terbatas dan belum maksimal, makanya perlu peran serta masyarakat dalam pengolahan.

0 Komentar