Sebanyak 1.922 Orang Terinveksi HIV/AIDS

Dalam Tiga Tahun 1.922 Orang Terinveksi HIV/AIDS. (ilustrasi)
Dalam Tiga Tahun 1.922 Orang Terinveksi HIV/AIDS. (ilustrasi)
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur merekam sejak 2001 hingga 2023, sudah ada 1.922 warga Cianjur terinveksi HIV/AIDS. Tak hanya itu, dari tahun ke tahun, jumlahnya pun terus meningkat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Frida Layla Yahya mengatakan, penambahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terbanyak terjadi di 2022 yakni sebanyak 219 orang. Sedangkan di 2023, terdapat 183 ODHA yang berhasil dideteksi.

“Tapi jumlah itu bisa saja bertambah karena kemungkinan masih banyak ODHA yang tidak terjaring dan tidak melaporkan kasusnya,” ujar Frida saat dihubungi Cianjur Ekspres, Minggu (17/12).

Baca Juga:Laris Manis Bendera PalestinaPanwascam Cipanas Tempatkan Logistik Pemilu di Gudang yang Mudah Dijangkau

Kata Frida, sejak tiga tahun terakhir, penularan HIV/Aids terbanyak dikarenakan hubungan sejenis yakni laki seks laki (LSL).

“Dari tiga tahun lalu, LSL paling banyak menularkan HIV/Aids. Di 2023 sendiri, dari 183 kasus HIV/Aids paling banyak karena LSL yakni 82 orang. Sisanya terpecah menjadi delapan kelompok lain,” kata dia.

Kelompok lain yang dimaksud adalah 17 orang pasangan risiko tinggi (Risti), 18 orang pengidap tuberkolosis (TB), satu orang pengguna jarum suntik (IDU), 10 orang ibu hamil (bumil), empat orang waria, dua orang warga binaan pemasyarakatan (WBP), tujuh orang wanita pekerja seks (WPS), 13 pelanggan pekerja seks (PPS), dan 29 orang kelompok lainnya.

Sedangkan dari jumlah 183 ODHA, 137 orang diantaranya laki-laki dan 46 lainnya perempuan. Jumlah tersebut didapatkan dari hasil screening dari total 19.844 orang yang diperiksa oleh Dinkes Kabupaten Cianjur hingga September 2023.

“Kelompok yang disebut dengan populasi kunci itu yang harus kita screening untuk mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS. Misalnya untuk ibu hamil, dari 16.727 orang yang kita periksa, 10 diantaranya ternyata positif HIV/AIDS,” kata dia.

Untuk para pasien yang telah dideteksi, seluruhnya diedukasi untuk mengkonsumsi obat anti retroviral (ARV) di fasilitas kesehatan. Dengan mengonsumsi obat ARV, akan menekan risiko penularan HIV/AIDS dari pasien ke orang lain.

“Dengan pemberian obat ARV, mencegah penularan HIV/AIDS. Tubuh pasien pun lebih sehat karena virusnya ditekan, jadi bisa tetap beraktivitas. Kita kuga edukasi pada mereka untuk meninggalkan pergaulannya, kita pahami juga kalau mereka ini tertekan masalah ekonomi, dan akhirnya mencari jalan pintas dan akhirnya terbawa ke pergaulan bebas,” jelas Frida.

0 Komentar