Sedangkan terkait dengan ketahanan pangan, Herry mengatakan, sementara ini hampir semua petani kita sedikit sekali yang tidak menggunakan bahan kimia, dari pupuk dan obat pengendali hama.
“Reaktor biogas ini (yang ukuran terkecil 4m3) dapat menghasikan minimal 30 liter setiap hari dalam bentuk POC, dan dapat kita jual dengan murah dari setiap unit yang dikelola oleh karang taruna. Artinya kita akan mendapatkan uang dari penjualan pupuk, karang taruna dan BUMDes juga akan bergerak, selain satu petugas setiap reaktor, para petani disekeliling kita akan mendapatkan pupuk dengan mudah dan murah,” katanya.
“Sehingga pada akumulasi waktu yang bisa kita hitung, pengunaan pupuk organik akan menjadi dampak yang langsung kepada lahan, tanah, air, udara dan petani serta para orang yang mengkonsumsi produk pertanian kesehatannya akan menjadi terjaga,” ujarnya menambahkan.
Baca Juga:Bupati Cianjur Ingin Program 1.000 Km Jalan Beton Tersosialisasikan, Ini AlasannyaTemui Emak-emak di Cianjur, Siti Atiqoh Ingatkan Pentingnya Jaga Keharmonisan Rumah Tangga
Herry menegaskan, pembangunan reaktor biogas ini idealnya berada dekat dengan munculnya atau titik pertama sampah dan limbah muncul.
“Keberadaannya yang mendekat ke rumah dan peternak, sehingga sisi operasionalnya akan tertekan dari jarak,waktu dan tenaga. Satu unit reaktor yang terkecil akan dapat menampung sampah dari 40-50 rumah setiap hari,” tandasnya.(hyt)