Kata dia, di hari yang sama pada pukul 20.00 WIB semua warga kampung tersebut dievakuasi ke Lapangan Prawatasari, Kecamatan Cianjur. Di sana, belum didirikan tenda darurat. “Saat itu belum ada tenda, baru terpal. Kondisi cuaca hujan angin, juga masih ada getaran-getaran dari gempa susulan,” kata dia.
Hampir sebulan dia mengungsi di Lapangan Prawatasari. Dia pindah setelah jenazah keluarganya ditemukan. Bersama sisa keluarganya, Nani pun pergi ke Kabupaten Garut untuk menguburkan keluarganya yang jadi korban keganasan bencana longsor.
“Setelah dari Garut, kota langsung mengungsi di tenda camping yang disediakan pemerintah di depan Masjid At Taqwa. Belum ada huntara saat itu. Anak-anak pun sekolahnya di tenda karena sekolahnya hancur,” ungkapnya.
Baca Juga:Peneliti Vulkanologi Kunjungi Zona Merah GempaPMI Asal Cijati Meninggal di Kamboja, Keluarga Lapor Polisi
Tak berapa lama, dirinya dan ibunya juga keponakannya masih tinggal di huntara di kampung tersebut. Para penghuni huntara belum mengetahui pasti kapan mereka akan pindah ke rumah relokasi tahap tiga yang ada di Desa Babakankaret, Kecamatan Cianjur.
“Pihak desa sudah memberi tahu, kami akan mendapatkan bentuan relokasi rumah di huntap tahap tiga di Desa Babakankaret. Sebagian penghuni huntara ada yang sudah pindah ke huntap tahap dua di Kecamatan Mande, sekitar 26 KK,” jelasnya.
Dia berharap, setelah direlokasi nanti, kehidupan dia dan keluarganya bisa berangsur membaik. Pemerintah bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi warga yang harus dipindahkan dari kampung halaman.
“Saya ingin kerja lagi. Tapi dokumen-dokumen saya sudah hilang saat longsor. Mudah-mudahan pemerintah bisa memberikan jalan keluar,” harapnya.