CIANJUREKSPRES — Sebuah kampung di Garut, Jawa Barat, tengah menjadi sorotan setelah dijuluki kampung miliarder. Rumah-rumah di kampung itu terlihat mewah.
Penduduk kampung miliarder juga sibuk bekerja hingga menjadi orang yang berkecukupan. Lokasi kampung miliarder berada di lereng Gunung Pangauban.
Sebenarnya, nama asli kampung miliarder adalah Kampung Pangauban, Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Garut.
Baca Juga:Pemdaprov Jabar dan KASN Teken MoU Center of Excellence Manajemen ASN Berbasis Sistem MeritPIALA WAGUB JABAR
BACA JUGA: Alasan Tidak Perlu Selalu Memforsir Diri Gak Semua Hal Harus Tercapai!
Selain itu, pagar-pagar rumah itu terbilang tinggi dilengkapi ornamen yang glamor. Sentuhan itu menambah kesan bahwa rumah-rumah di kampung itu bak istana milik sultan.
Kepala Dusun II Pangauban, Deni Ramdani, mengatakan, rumah-rumah tersebut adalah milik para bos, pemilik usaha pembuatan tas. Ada puluhan rumah ‘gedong’ yang ada di Pangauban.
Menurut Deni, para bos produsen tas ini sudah ada sejak lama di Kampung Pangauban. Mereka sejak lahir sudah tinggal di kampung tersebut. Meski begitu, kata Deni, di antara warga tidak ada kecemburuan.
Warga kampung sangat bersyukur dengan adanya orang-orang kaya di sana. Sebab, kebanyakan warga di Kampung Pangauban menyambung hidup di bawah naungan para orang kaya itu.
Biasanya, warga kampung diberdayakan menjadi pekerja freelance untuk mengerjakan proyek tas. Bahkan, kebanyakan warga kampung di rumahnya memiliki mesin jahit.
“Jadi ikut kerja dengan cara menjahit tas. Bahan dan segala macam dikasih dari bos, tinggal jahit dan dapat uang,” tuturnya.
Deni sendiri ikut bekerja sebagai penjahit tas bersama istrinya di rumah. Penghasilan dari menjahit proyek tas cukup lumayan menambah biaya kebutuhan hidup keluarganya.
Baca Juga:Bandros Bandung, Bus Tour Unik Murah Siap Menemani Perjalanan Kamu!3 Rekomendasi Wisata Bandung Barat yang Wajib Dikunjungi Saat Akhir Pekan
“Makanya di kampung saya ini bisa dikatakan hampir tidak ada pengangguran. Enggak ada itu pemuda yang gigitaran di pinggir jalan atau leha-leha. Sejak keluar sekolah mereka sudah dikaryakan,” ujarnya.
Haji Amang yang merupakan salah satu bos pembuatan tas di Kampung Pangauban mengajak lebih dari 30 orang warga kampung untuk mengerjakan proyek tas miliknya setiap hari. “Saya punya 30 mesin (jahit),” kata Haji Amang.