CIANJUREKSPRES – Ada 476 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Singapura pada 2022, tertinggi sejak 2000. Dari jumlah kasus itu, kalangan orang tua alami lonjakan terbesar.
Hal tersebut dilaporkan pusat pencegahan bunuh diri nirlaba Samaritans of Singapore (SOS).
Kasus bunuh diri meningkat 25,9 persen dari 378 kasus pada 2021. Pada 2020, 452 kematian dilaporkan akibat bunuh diri dilaporkan dan 400 kasus dilaporkan pada 2019.
Baca Juga:Keunggulan Jenis Ban Tubeless dan Cara MerawatnyaWisata di Nusa Penida Bali Cocok Untuk Honeymoon
Dari kematian pada 2022, 125 kasus terjadi mereka yang berusia 10-29 tahun. Ini lebih banyak 13 orang dari 2021, dan angka tertinggi lainnya sejak 2000 yang ditunjukkan data SOS.
BACA JUGA: Keunggulan Jenis Ban Tubeless dan Cara Merawatnya
SOS mengatakan, lebih banyak kasus bunuh diri tercatat di semua kelompok umur dan terutama di kalangan orang tua yang alami kenaikan terbesar.
Bunuh diri di antara mereka yang berusia 70-79 tahun naik 60 persen dari 2021. Jumlahnya naik dari 30 menjadi 48.
Di sisi lain ada kenaikan 27 persen pada 2022 dalam pemakaian layanan SOS yang meliputi hotline 24 jam dan layanan CareText Whatapp. Layanan yang ditujukan untuk klien yang mungkin tidak dapat membagikan pengalaman mereka melalui telepon ditambahkan pada 2020 untuk melengkapi hotline.
CareText dipakai 11.107 kali pada 2022. Pada tahun yang sama, permintaan bantuan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 27.341 dari 11.591 pada 2020.
Konsultan Senior dan Direktur Medis Connections MindHealth, Dr Jared Ng menuturkan, kematian akibat bunuh diri mewakili “tekanan mental yang tak terlihat” dalam masyarakat terutama di kalangan remaja dan lansia.
Senior Consultant and Chief at the Departement of Developmental Psychiarty di the Institute of Mental Health, Dr Ong Say How menuturkan, orang tua, pendidik, professional kesehatan, dan pekerja komunitas harus bekerja sama untuk membentuk jaring pengaman untuk mencegah tragedy ini.
Baca Juga:Restoran Sunda Khas Cianjur yaitu Alam SundaFilosofi dan Nilai Tugu Bubur di Pacet Cianjur
“Dari upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan mental seperti mengetahui tanda-tanda peringatan bahaya dan pentingnya perawatan diri, hingga mengajarkan keterampilan dukungan sebaya, kita tidak boleh meninggalkan kebutuhan yang terlewat,” kata dia.
Ia menambahkan, generasi muda harus diberi lebih banyak bimbingan tentang kapan dan di mana mencari bantuan.