CIANJUREKSPRES – Pada tanggal berapa Idul Adha 2023? Pertanyaan ini mulai muncul menjelang Lebaran atau Hari Raya . Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu hari yang ditunggu para umat Islam. Di lebaran ini umat islam akan melaksanakan kurban.
Hari Raya Idul Adha ditetapkan pada tanggal 10 Zulhijah dalam kalender Hijriah atau kalender Islam. Mengingat bahwa Lebaran Hari Raya Idul Adha berdasarkan penanggalan dalam kalender Hijriah atau kalender Islam, yang berbeda dengan penanggalan dalam kalender masehi yang kita pakai saat ini.
Lantas, Lebaran Hari Raya Idul Adha 2023 ini tahun berapa Hijriah? Dan kapan perkiraan Lebaran ? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Baca Juga:Cek HP China Terbaru 2023 yang Bikin Kamu Tergiur!Intip, Spesifikasi dan Harga Redmi Note 11 Pro
Lebaran Hari Raya Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijah adalah berdasarkan penanggalan kalender Hijriah, maka untuk mengetahui Idul Adha 2023 tahun berapa
Hijriah perlu merujuk pada kalender Hijriah, melalui kalender Hijriah Indonesia tahun 2023 oleh Kementerian Agama (Kemenag) Lebaran Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Zulhijah jatuh pada tahun 1444 Hijriah. Menurut kalender tersebut 10 Zulhijah 1444 H bertepatan pada Kamis, 29 Juni 2023.
Prakiraan Lebaran Idul Adha
Untuk penentuan pasti Lebaran Hari Raya Idul Adha 1444 H oleh pemerintah menetapkan berdasarkan hasil Sidang Isbat Penentuan Hilal 10 Zulhijah oleh Kemenag RI bersama pihak terkait menjelang peringatannya. Pelaksanaan sidang isbat biasanya akan ada saat satu hari sebelum tanggal yang telah ada dalam SKB 3 Menteri.
Perayaan Idul Adha
Idul Adha adalah merayakan hari besar Islam di seluruh dunia. Salah satu praktik utama selama kesempatan yang baik ini adalah tindakan mengorbankan hewan sebagai persembahan kepada Allah.
Dalam fikih Islam, kurban pada Idul Adha adalah sebagai amalan (Sunnah muakkadah). Jadi, sangat penting untuk dicatat bahwa meskipun
kurban selama Idul Adha sangat sunnah, namun tidak wajib untuk setiap individu. Keputusan untuk melakukannya tergantung pada kemampuan seseorang, kemampuan keuangan, dan kewajiban lainnya. Umat Islam harus berkonsultasi dengan ulama yang berpengetahuan atau otoritas agama untuk memahami pedoman dan praktik khusus di komunitas masing-masing.