CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Bupati Cianjur, Herman Suherman memastikan, jika data jumlah korban jiwa akibat bencana gempa bumi yang berjumlah 602 orang itu merupakan by name by addres. Selain itu juga berdasar pada jenis kelamin, dan tanggal kematiannya.
“Semuanya itu yang meninggal akibat gempa bumi. Walaupun meninggal di pengungsian atau di rumah sakit, tetap karena gempa bumi. Ada yang luka-luka dan meninggal tidak pada saat bencana, tapi setelahnya,” ujar Herman.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan informasi (Kapusdatin) Kebencaan BNPB, Abdul Muhari sempat mempertanyakan jumlah korban jiwa yang bertambah tersebut. Pernyataan bupati dianggap tak mendasar dan tidak sesuai dengan data yang dimiliki BNPB.
Baca Juga:LINI BADAG DI CIANJURBupati: Ada Hikmah di Balik Bencana Gempa Cianjur
Namun, setelah Herman Suherman melakukan pertemuan dengan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto pada Rabu (14/12/2022), di Pendopo Kabupaten Cianjur, kedua pihak sepakat jumlah bahwa korban meninggal adalah 602 orang. Keduanya juga menyepakati untuk tidak memperpanjang perdebatan data. Langkah selanjutnya, data tersebut akan diperbaharui di website BNPB.
“Saya sudah bertemu dengan pak Kepala BNPB, dan itu (data korban meninggal) sudah clear, tidak dipermasalahkan. Asalkan semuanya by name by address dan akan kembali di-update di website BNPB. Ini bukan soal mengakui atau tidak mengakui,” ungkap Herman saat gelar konferensi pers di Pendopo.
Menurut data, terdapat 602 korban meninggal dunia dari 13 kecamatan terdampak dengan rincian 78 korban jiwa dari Kecamatan Cianjur, 2 korban dari Cibeber, 1 korban dari Cikalongkulon, 27 korban dari Cilaku, 397 korban dari Cugenang, 1 korban dari Haurwangi, 13 korban dari Karangtengah, 1 korban dari Mande, 23 korban dari Pacet, 2 korban dari Sukaluyu, 1 korban dari Sukaresmi, 50 korban dari Warungkondang, dan 6 korban dari Gekbrong.
Pada awalnya, Herman mencatat terdapat 638 korban jiwa akibat bencana. Namun 36 daftar korban dianulir karena tidak jelas by name by addressnya.
Herman menjelaskan, perbedaan data terjadi akibat keluarga korban meninggal tidak sempat membuat laporan kematian. Hal itu terjadi karena masih dalam kondisi panik akibat bencana gempa bumi pada Senin (21/11/2022) lalu.