Akhirnya pawai kuda kosong menjadi salah satu kesenian asli Kabupaten Cianjur yang digelar setiap satu tahun sekali, yakni hari jadi kabupaten pada 12 Juli atau pada 17 Agustus saat kemerdekaan Republik Indonesia.
Sisi kerendahan hati lainnya juga tampak di saat pelaksanaannya. Di mana ketika itu kuda yang diikutsertakan akan dipakaikan kain berwarna hijau, dengan diarak keliling kota sembari seolah-olah kuda tersebut memberi hormat ke warga yang menonton.
Konon turut disebutkan, kuda tersebut sedang dipengaruhi oleh Suryakencana merupakan anak dari hasil pernikahan Raden Aria Wiratanudatar dengan jin.
Baca Juga:Pengunjung Vila di Ciloto Cianjur Sepi, Penjaga Vila: Entah Sampai KapanBendera Merah Putih Sepanjang 222 Meter Terbentang di Bojongpicung Cianjur
Sebelum gelaran pawai kuda kosong dimulai ada beberapa hal yang dilakukan, memandikan kuda menggunakan air yang berasal dari mata air Cikundul agar kuda bersih dan siap diarak keliling kota. Kemudian dilanjutkan dengan berdoa agar pawai helaran Kuda Kosong keesokan harinya berjalan lancar.
Pada hari pelaksaan akan dilakukan tawasul atau berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantara dan sebuah dupa untuk wewangian. Upacara ini diharapkan bisa menjadi pengingat bagi jasa-jasa para pendahulu mereka serta mengambil nilai-nilai positif (kerendahan hati) yang telah diajarkan secara turun menurun. (bbs/hsm)