Digawangi Kementerian Pertanian, Ini Empat Pilar Memuluskun Untuk Food Estate

Digawangi Kementerian Pertanian, Ini Empat Pilar Memuluskun Untuk Food Estate
Guru Besar Institut IPB University Dwi Andreas Santosa menyampaikan ada empat pilar yang dinilai mampu membuat program Food Estate. (Pixabay)
0 Komentar

Cianjurekspres.net- Guru Besar Institut IPB University Dwi Andreas Santosa menyampaikan ada empat pilar yang dinilai mampu membuat program Food Estate.

Adapun keempat pilar yang dimaksud Dwi Andreas, pertama, kesesuaian serta kelayakan tanah dan agroklimat.

Kalau lahan masam perlu dikapur, misalnya, butuh tambahan bahan organik,” kata Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu.

Baca Juga:Disdik Jabar Akan Terapkan PTM 100 Persen di Seluruh SekolahMaraknya Kemunculan Omicron BA.4 dan BA.5 Akademisi UI Imbau Masyarakat Disiplin Pakai Masker

Sekadar informasi, ada tiga jenis lahan marjinal di Indonesia yang bisa dikembangkan menjadi lahan pertanian bukaan baru, yaitu lahan rawa dan gambut, tanah sulfat masam, serta tanah masam.

Dalam sebuah diskusi bertema “Kemandirian Pangan dan Tantangan Penyediaan Lahan”, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) IPB Ernan Rustiadi sebelumnya menyampaikan program Food Estate sendiri mengambil lokasi di dua provinsi, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Program ini melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Adapun pilar kedua, kata Dwi Andreas, adalah kesesuaian infrastruktur untuk menunjang kebutuhan usaha tani.

“Bukan hanya irigasi, tapi juga untuk usaha tani. Untuk transportasi hasil dan input,” kata Dwi Andreas.

Lalu pilar ketiga, yaitu kelayakan budidaya dan teknologi. “Teknologi pendampingnya, seperti pemupukan dan pengendalian hama. Hama itu luar biasa banyak untuk lahan yang baru dibuka,” katanya.

Kemudian pilar keempat adalah kelayakan sosial-ekonomi. Menurutnya, tingkat minat sumber daya manusia untuk mengelola lahan baru juga harus dipertimbangkan. “Petani ada yang mau atau enggak untuk kelola (lahan baru),” katanya.

Sementara dari sisi ekonomi, ia mencontohkan, lahan dinilai produktif bila mampu memenuhi produksi gabah minimal 4 ton per hektare untuk jenis tanaman padi.

Baca Juga:Profil Pilot T-50i Golden Eagle yang Jatuh di Blora, Baru Satu Tahun MenikahCerita Prilly Latuconsina Jadi Pengisi Suara di film “12 Cerita Glen Anggara”

“Perluasan lahan penting, tapi perlu biaya sangat besar supaya yang empat pilar tadi dipenuhi,” ujar Dwi Andreas.

“Kalau satu saja dari empat pilar tidak dipenuhi, maka (Food Estate) bisa gagal,” kata Dwi Andreas. (JE/hsm)

0 Komentar