Cianjurekspres.net – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan peningkatan kasus Covid-19 diprediksi terjadi hanya sampai Juli 2022. Setelah itu menurut kajian para epidemiolog, kurva pandemi diprediksi melandai.
“Prediksi puncaknya di bulan Juli menurut hitungan ilmu, setelah Juli nanti turun lagi,” ujar Ridwan Kamil ditemui selepas rapat komite penanganan Covid-19 Jabar di Aula Barat Gedung Sate Bandung, dalam keterangan tertulisnya Kamis (23/6/2022).
Menurut Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) peningkatan kasus baru Covid-19 di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat semakin menegaskan bahwa virus ini tak akan hilang sebagaimana strain utamanya sudah ada sejak ratusan tahun. Varian baru akan datang dan pergi dengan pola serupa.
Baca Juga:DLH Jabar Pastikan Cemaran Merah Sungai Cimeta Tidak BerbahayaRidwan Kamil Lepas 1.784 Pemeriksa Kesehatan Hewan Kurban
“Hal begini akan mengiringi, makanya dari awal kita sampaikan Covid-19 tidak akan hilang sama sekali akan datang dan pergi dengan pola sama,” ujarnya.
“Maka kuncinya adalah protokol kesehatan dan vaksinasi,” tambah Emil.
Saat ini, kasus Covid-19 khususnya di Pulau Jawa meningkat seiring kemunculan subvarian omicron BA.4 dan BA.5 Di Jabar per 21 Juni 2022 total kasus aktif Covid-19 mencapai 1.820 orang atau meningkat 199 orang.
Emil mengungkapkan, penyebaran kasus masih didominasi di wilayah Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi), dan Kota Bandung yakni sebanyak 88 persen dari total seluruh wilayah.
“88 persen masih Bodebek seiring kedekatan dengan DKI Jakarta, kemudian Kota Bandung,” ucap Emil.
Namun demikian, peningkatan kasus ini masih dalam rentang kendali. Indikatornya adalah tingkat keterisian rumah sakit oleh pasien Covid-19 (BOR) di Jabar saat ini masih di angka 1 persen.
“Masih dalam rentang kendali, rumah sakit di angka 1 persen kira-kira masih baik,” katanya.
BOR Jabar yanng rendah ditunjang cakupan vaksinasi yang tinggi. Kang Emil menyebut target 37 juta warga Jabar yang harus divaksin sudah tercapai. “Jabar dosis 1 dan 2 sudah mendekati 100 persen, terus dosis 3 sudah 30 persenan, menandakan mayoritas dari 37 juta itu sudah tercapai,” sebut Emil.
Baca Juga:Mengembangkan UMKM Melalui Pelatihan Bagi ProdusenKisah Cinta Lee Minho dengan Gadis Asal Jawa Tengah, Rela Pindah Agama
Angka fatalitas Jabar juga terbilang rendah dibanding Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Padahal populasi Jabar hampir 50 juta jiwa atau terbesar se-Indonesia.
“Jadi orang Jabar kalau diperbandingkan fatalitasnya komorbidnya lebih sedikit, lebih sehat. Jumlah kasus konfirmasi banyak, kedua setelah Jakarta, yang meninggal hanya setengah Jatim dan Jateng,” tuturnya.