Dengan begitu lanjut Abah Ruskawan, si anak ini sekarang tak lagi melakukan kegiatan belajar secara online akan tetapi malah main game, tiktokan, dan lainnya.
“Hal tersebut lantaran terlalu lama kegiatan daring ini dilakukan terlebih tanpa pengawasan yang ketat dari para orang tuanya,” tandasnya.
Cenderung Emosian
Siti Rokayah (40) warga Kampung Gubungputri Desa Sukatani Kecamatan Pacet mengatakan, karakter anak dijaman sekarang khususnya pada saat diberlakukannya kegiatan belajar mengajar secara online menjadikan karakter anak sulit bahkan cenderung emosian.
Baca Juga:Tanpa AsapAMS Cianjur Salurkan Bantuan Sembako Bagi Warga Terdampak Covid-19
“Semenjak adanya belajar online ini, karakter anak menjadi lebih sulit untuk diberikan pemahaman terlebih tugas banyak dari sekolah. Tapi bingung mau menerangkan ke anak karena tidak paham,” kata Siti, Senin (26/7).
Siti mengatakan, jika langsung diberikan handphone untuk kegiatan belajar online nyatanya lebih banyak main gamenya terlebih kalau pas dirinya tidak memonitor secara langsung.
“Bukan belajar, tapi saya lihat malah main online. Mungkin karena tidak pahamnya pelajaran yang disampaikan guru sehingga sulit untuk mengerjakan tugas-tugasnya,” ujarnya.
Siti berharap kegiatan belajar tatap muka ini kembali bisa dilakukan namun tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Kepala Sekolah PAUD Melati Tujuh Desa Kertasari, Kecamatan Haurwangi Imas Susilawati mengatakan, membangun anak di usia dini tentunya bukanlah hal yang mudah, terlebih saat ini sistemnya harus serba online.
“Bukan main susahnya, terlebih saat ini dalam memberikan tugas bagi anak didik tentu harus secara telaten. Disamping itu juga dilakukan dor to dor ke rumah masing-masing anak didik agar lebih efektif,” jelasnya.
Imas mengatakan, pembentukan karakter anak tentunya sebelum masuk SD terlebih dahulu pada saat belajar di PAUD harus benar-benar menciptakan karakter anak yang produktif dan baik.(hyt/yis/sri)