Begitu banyak vaksin yang sudah dibeli. Begitu sedikit yang sudah disuntikkan. Birokrasi vaksinasi masih memerlukan begitu banyak jalur dan tenaga. Zaman IT belum terlihat berperan di lokasi-lokasi vaksinasi.
Seandainya vaksin itu tinggal diminum, maksud beliau, tentu vaksinasi bisa sangat cepat. Jadi, harap maklum, kalau vaksinasi ini lambat.
Tapi Alhamdulillah. Puji Tuhan. Rahayu. Amitofo. Bi?t ?n!
Memang nakes kita tidak lagi cukup. Banyak yang meninggal, masuk rumah sakit, isolasi mandiri, atau mengundurkan diri.
Baca Juga:Ingatkan Menteri Soal Komunikasi, Jokowi: Perpanjangan PPKM Darurat Hal Sensitif, Jangan Sampai KeliruBangkitkan Potensi Inovasi Mahasiswa, BRI Selenggarakan Creation Scholarship
Anggaran untuk nakes itu tidak ada masalah. “Anggaran untuk mereka sudah disetujui. Sudah diputuskan,” ujar juru bicara tersebut. “Bahwa belum bisa cair, itu di luar kewenangan kami. Tapi anggarannya sudah ada,” katanya. Alhamdulillah.
Saya mendengarkan radio Suara Surabaya. Seorang anak membawa ibunya keliling ke rumah-rumah sakit. Tidak juga dapat kamar. Ia bisa menerima keadaan itu. Terlalu banyak yang memerlukan kamar di RS.
Tapi ia tidak bisa menerima cara petugas di rumah sakit itu menjawab. Yang kata-kata petugas itu dianggap tidak membesarkan hati pasien.
Saya tentu bersimpati pada pasien dan putranya itu. Tapi saya juga harus bersimpati pada petugas di RS itu.
Maka siapa pun yang membawa anggota keluarga ke rumah sakit harus siap mental. Agar lebih bisa menerima keadaan terburuk: tidak mendapat kamar, tidak mendapat tempat tidur, dan tidak mendapat senyum dari petugas.
Janganlah berharap senyum atau kata-kata manis dari nakes. Mereka sendiri mungkin juga lagi menangis. Di dalam hati.
Setidaknya hujan di musim kemarau ini menggembirakan. Tidak memperkeruh keadaan. Alhamdulillah. (*)