Siboen Halilintar

1000 Tahun
ilustrasi disway.(net)
0 Komentar

Ia bicara dengan istrinya. Yang sudah memberinya anak pertama: kembar. Ia ingin menggadaikan gelang sang istri: emas lima gram. Laku Rp 500.000.

Untuk apa?

Beli HP baru. Yang RAM-nya lebih tinggi. Agar bisa merekam tidak hanya dua menit. Yang harganya murah. Agar terjangkau oleh gelang itu.

Pilihannya jatuh ke Xiaomi. Yang uang mukanya Rp 400.000. Yang harganya Rp 1,5 juta.

Baca Juga:Pasca Tanggap Darurat, PMI Cianjur Kembali Semprot Disinfektan di Lokasi Bencana Longsor Cibokor CibeberHasil Euro 2020 Malam Tadi: Prancis dan Spanyol Imbang, Jerman Menang Telak

Dengan Xiaomi merek gelang sang istri itu, Siswanto beraksi. Lalu mengunggahnya ke YouTube. Tapi tidak ada yang menonton YouTube-nya.

Ia coba lagi membuat adegan-adegan misteri. Juga gagal.

Datanglah seorang pemilik sepeda motor baru. Mereknya MX. Motor itu mogok. Kata pemiliknya: akibat sekringnya putus. Siswanto diminta memperbaiki.

“Saya tidak bisa memperbaiki,” ujar Siswanto kepada pemilik MX itu. Ia takut motor itu rusak. Itu motor baru. Ia belum pernah dapat pelajaran seperti apa ”pedalaman” MX. Ketika ia ikut latihan di Magelang dulu, MX belum diproduksi.

“Coba saja lihat di YouTube. Pasti ada cara bagaimana memperbaiki MX. Pasti ada tutorialnya,” ujar si pemilik motor.

Ternyata begitu banyak acara tutorial di YouTube. Ini dia. Ide itu datang dari konsumennya: tutorial memperbaiki sepeda motor.

Itulah jalan hidup Siswanto yang baru. Ia pun membuat tutorial cara membuka accu di sepeda motor. Sangat sederhana.

Tapi Siswanto punya kendala: tidak bisa bicara. Tidak bisa seperti para YouTuber itu –yang begitu pandai menjelaskan sesuatu.

Baca Juga:BRI Tingkatkan Kolaborasi Antar Lembaga untuk Dukung Penguatan UMKMPengurus Karang Taruna Kabupaten Cianjur 2021-2026 Akhirnya Disahkan

Siswanto memilih tidak bicara. Ia hanya merekam praktik cara-cara membuka accu.

Tapi bagaimana bisa mengunggahnya ke YouTube? Ia tidak punya Wi-Fi. Lewat kuota di HP tidak akan cukup.

Maka Siswanto ke Balai Desa. Ia tahu di sana ada jaringan. Meski lemot.

Di Balai Desa itulah Siswanto mengunggah tutorial tanpa kata-kata. Tentu harus menunggu jam kerja lewat.

Pukul 16.00 Siswanto mulai mengunggah tutorial pertamanya. Lemot sekali. Baru pukul 22.00 selesai. Untuk konten sepanjang 2 menit.

Keesokan harinya, Siswanto ke Balai Desa lagi. Untuk melihat hasilnya. Kaget. Sudah lebih 10.000 orang yang melihatnya. Hanya dalam waktu satu malam.

0 Komentar