Cianjurekspres.net – Vaksinasi Covid-19 terdiri dari dua suntikan dengan jeda waktu. Ada yang 14 hari. Ada pula yang 28 hari. Aturan ini harus dipatuhi. Tujuannya agar jumlah antibodi dalam tubuh terbentuk secara optimal.
“Kalau tidak disuntik vaksinasi kedua, antibodi yang terbentuk tidak optimal untuk membentuk kekebalan,” kata Ketua POKJA Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter Erlina Burhan di Jakarta, Minggu (14/3).
Pada suntikan pertama, antibodi akan terbentuk. Namun prosesnya tidak instan. Antibodi mulai terbentuk pada hari ke-12 dalam jumlah sedikit. Jumlahnya meningkat setelah suntikan kedua. Diharapkan sudah mencapai level optimal pada hari ke-28.
Baca Juga:Vaksinasi 21,5 Juta Lansia Ditargetkan Selesai Sebelum Juni 2021Ezra Walian Resmi Gabung ke Persib
Setelah mendapatkan vaksin, memang tetap ada risiko terjangkit COVID-19. Namun risikonya jauh lebih rendah. Jika memang terjangkit, gejalanya akan lebih ringan dibandingkan orang yang belum mendapat vaksin.
“Setelah mendapatkan vaksin, ada kemungkinan terjadi reaksi. Namun hasilnya akan berbeda-beda tergantung individu. Demam ringan dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar,” imbuhnya.
Tujuan vaksinasi COVID-19 adalah menurunkan kematian dan kesakitan akibat COVID-19. Selain itu, untuk membentuk kekebalan kelompok dan melindungi kesehatan masyarakat. “Yang terpenting memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, menjaga produktivitas serta meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi,” ucapnya.
Erlina menegaskan pentingnya mencapai kekebalan kelompok untuk melindungi orang lain dalam suatu komunitas. Semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin, semakin cepat pula kekebalan kelompok bisa tercapai.
Meski begitu, pencegahan penularan virus COVID-19 tidak bisa hanya mengandalkan vaksin. “Protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas) dan menjaga imunitas sangat diperlukan untuk pencegahan,” pungkasnya.(fin/hyt)