Naik Lagi

Petir Politik
ilustrasi.(ist)
0 Komentar

Saya tidak pernah tahu kalau level vitamin D itu paling rendah harus 40. Atau 35. Padahal, umumnya orang Indonesia, –biar pun di negara tropis– kekurangan vitamin D. Waktu kena Covid bulan lalu, vitamin D saya hanya 23,4. Bahkan anak saya yang tidak tertular Covid, Vitamin D-nya hanya 16.

Vitamin D dan D-dimer adalah dua kosa kata yang baru digalakkan di masa Covid.

“Tiongkok-lah yang pertama menggunakan D-dimer untuk menangani Covid-19,” ujar dokter Benjamin Chua, ahli saluran darah dari Singapura. Dokter Ben-Chua-lah yang memasang 176 ring di saluran darah utama saya sepanjang setengah meter tiga tahun lalu.

Baca Juga:bjb e-Samsat, Solusi Praktis Bayar Pajak Kendaraan BermotorSempat Tertutup Longsor, Jalur Alternatif Cianjur-Jonggol Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

D-dimer itu digunakan di Tiongkok setelah melihat banyak orang meninggal bukan karena virus Covid-nya. Melainkan karena serangan jantung, stroke dan gangren di kaki. Yang semua itu terkait dengan banyaknya gumpalan darah di dalam darah. Yang kemudian saya istilahkan dengan ‘cendol darah’ di dalam darah.

Karena itu sewaktu D-dimer saya tidak kunjung turun, dokter Ben-Chua menyarankan kaki saya di-ultrasound. Siapa tahu terjadi penggumpalan darah di kaki. Kenapa di kaki? “Karena banyak terjadi kasus seperti itu,” ujarnya.

Dokter Hanny Handoko, ketua tim dokter saya, lantas bertanya: apakah ada keluhan di kaki? “Tidak ada,” jawab saya. Dokter pun memeriksa kaki saya. Tidak terlihat ada tanda apa-apa.

“Kasus penggumpalan darah di kaki memang banyak. Tapi itu hanya terjadi di ras kulit putih,” ujar dokter Jefrey yang setelah lulus dari Unair kuliah lagi di Amsterdam dan Leiden. Selama 10 tahun. “Untuk orang Asia jarang sekali,” tambahnya.

Tapi Jefrey setuju saja kaki saya di-ultrasound. Ternyata memang tidak ditemukan penggumpalan di kaki.

Itulah salah satu kemisteriusan Covid-19. Bisa membuat D-dimer naik. Prof Puruhito menjelaskan ke saya sangat rinci dan teknis. Bagus sekali. Tapi saya takut Disway nanti menjadi seperti ruang kuliah di fakultas kedokteran.

Dunia kedokteran ternyata, sebenarnya, sudah agak lama mengenal istilah D-dimer. “D-dimer mulai dikenal di tahun 1990-an,” ujar Prof Dr Med Puruhito “ayatullah-nya” bedah jantung Surabaya.

0 Komentar