Cianjurekspres.net – Dampak perekonomian akibat pandemi Covid-19 tidak terlalu berpengaruh ke sektor pangan dan pertanian, melainkan ke sektor jasa dan manufaktur.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Emil (sapaan akrabnya), sektor pangan dan pertanian hanya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi 0,9 persen dari 4,1 persen. Sementara sektor jasa dan manufaktur, dengan penurunan dari 7,2 persen menjadi 2,4 persen.
“Hal ini menjadi bukti bahwa pertanian adalah zona ekonomi yang paling tangguh terhadap interupsi pandemi,” ujarnya, Sabtu (20/6/2020).
Dari sisi epidemiologi, faktor penguat lain yakni penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk.
Pascacovid-19, ia berjanji akan memaksimalkan sektor pertanian dan ketahanan pangan sebagai salah satu unggulan Jawa Barat di masa depan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Dari sisi ketahanan pangan, target Jawa Barat adalah swasembada dengan mengurangi impor secara bertahap. Kemudian, lanjut Emil, perdagangan antar daerah juga akan lebih dikendalikan dengan tidak bergantung pada mekanisme pasar.
“Ketahanan pangan ini juga berpengaruh terhadap inflasi yang kuncinya adalah jaminan pasokan dan mata rantai diperbaiki. Jangan sampai orang Bogor beli telur di Jakarta padahal telurnya berasal dari Sukabumi,” kata Emil.
Menurut Emil, yang tak kalah penting adalah pemasaran dan pengembangan pangan pun harus memanfaatkan digitalisasi. Di Jawa Barat, sejumlah sektor perikanan dan pertanian sudah memanfaatkan aplikasi digital yang berdampak pada meningkatnya hasil penjualan.
“Lahan di Jabar masih luas, tapi warga masih bingung menanam apa? Maka harus ada database, jadi kita punya aplikasi Si Perut Laper yang bisa mengonversi tanah dengan market (pasar) atau mengawinkan kebutuhan dengan kondisi geografis. Itulah salah satu reformasi yang sedang kita lakukan,” tutupnya.(rls/**)