Tanpa Pemerintahan

Tanpa Pemerintahan
Dahlan Iskan.(net)
0 Komentar

”Itu yang kita diskusikan tadi,” ujar John –sambil menunjuk papan nama itu.
Sebetulnya tadi itu bukan diskusi. Lebih pada kuliah privat –tentang sistem pemerintahan dan politik di Amerika. Sepanjang jalan –lima jam sebelum makan dan lima jam setelah makan– kami memang tidak pernah kehabisan bahan diskusi.
Begitu juga keesokan harinya. Lusanya. Dan lusanya lagi.
Begitu John menunjuk papan nama itu saya pun menghentikan mobil. Kebetulan saya yang lagi pegang kemudi. Kebetulan lagi ada pompa bensin di dekat situ.
Perumahan itu tidak luas. Sekitar 20 rumah. Besar-besar.
Sebenarnya tidak tepat juga disebut perumahan. Jarak antar rumah jauh-jauh. Masing-masing rumah dikelilingi pohon-pohon besar yang rindang. Dan semak-semak.
Kampung seperti itu tidak tercakup di administrasi desa di situ. Tidak juga di bawah pemda mana pun.
Sepengetahuan saya wilayah Unincorporated Community seperti itu semacam peninggalan lama. Wilayah seperti itu sudah ada sebelum ada pemerintahan pota. Bahkan sebelum ada negara bagian.
Sewaktu pemerintahan kota/kabupaten dibentuk mereka tidak mau gabung. Pilih tetap independen.
Tapi rasanya baru di Seattle ini. Yang di era modern seperti ini masih ada yang mau mendeklarasikan independen. Istilahnya pun tidak mau sama. Tidak Unincorporated Community, tapi CHAZ.
Sama saja.
Wali kota Seattle tenang-tenang saja. Tidak ada nada jengkel –apalagi sampai nangis-nangis. Tidak menentang juga tidak menyetujui.
Sang wali kota menyadari sepenuhnya: hak tertinggi adalah milik warga.
Gubernur Washington juga tidak ambil pusing. Kemerdekaan adalah hak segala warga.
Yang kebakaran jenggot justru –siapa lagi kalau bukan– Presiden Donald Trump.
Presiden langsung mengeluarkan perintah. ”Ambil alih. Sekarang juga. Segera,” unggah Trump di Twitter-nya.
Pernyataan keras itu ditujukan kepada wali kota Seattle dan Gubernur Washington. ”Kalau kalian tidak melakukan, saya yang akan melakukan,” tulis Trump.
Yang diperintah tenang-tenang saja. Tidak sedikit pun acuh.
Ketika Trump kian murka –menganggap itu terorisme lokal– barulah wali kota Seattle bereaksi. Juga keras. Terhadap Presiden Trump.
Inilah respons sang wali kota: Baiknya Presiden Trump kembali masuk bunker, biar kami tenang!

0 Komentar