CIANJUR – Khawatir bahasa daerah akan semakin punah, pegiat budaya yang tergabung dalam komunitas Himpunan Wargi Cianjur (HWC), menggelar acara Mapag Kabisa bertajuk “Mieling Poe Basa Indung Sa Dunya”, di Grand Riviero, Art Center HWC, Sabtu sore, (22/2/2020).
Sekjen HWC, Satrio Badru, mengatakan, acara tersebut dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 Februari.
“Memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia, terus juga kami mempunyai inisiatif untuk mengangkat tema Mapag Kabisa, dimana bakat-bakat dalam budaya Sunda di Cianjur dilombakan pada acara ini,”katanya kepada cianjurekspres.net.
Baca Juga:Jelang Pilkades, Kapolres Cianjur Tinjau TPS di 3 KecamatanAnggota Kodim 0608/Cianjur Tandu Warga Sejauh Dua Kilometer
Satrio menuturkan, tujuan utama digelarnya acara tersebut adalah agar masyarakat khususnya warga Cianjur tidak lepas akan budaya tradisional. Merujuk pada salah satu pilar kebudayaan Kabupaten Cianjur yakni Maenpo.
Menurut Satrio, acara tersebut merupakan loncatan acara yang lebih besar lagi pada April mendatang dengan mengkolaborasikan tiga pilar kebudayaan Kabupaten Cianjur, Ngaos, Mamaos, dan Maenpo.
“Kalau sekarang ini lebih ke Maenpo, gambaran untuk acara yang lebih besar lagi nanti di April mendatang. Bedanya kalau nanti dikolaborasikan tiga pilar itu, Ngaos,Mamaos dan Maenpo,”imbuhnya.
Warga maupun komunitas yang mempunyai bakat seperti pencak silat,calung, pupuh, wayang, tarian tradisional,hingga puisi bahasa Sunda sengaja dilombakan dan masing-masing dari peserta saling menampilkan yang terbaik.
“Sengaja kita lombakan bagi mereka yang punya bakat dan ini gratis. Di akhir kita beri penghargaan, namun yang kami ingin adalah selepas dari acara ini warga Cianjur lebih dapat melestarikan kebudayaan lokal dengan tidak membiarkannya punah secara perlahan, contoh kecil saja dengan berbahasa Sunda,”jelasnya.
HWC juga menghadirkan beberapa tokoh budayawan Cianjur, Fosen Pendidikan Bahasa Sunda UPI Bandung, alumni mahasiswa UNDIP yang melestarikan bela diri Maenpo, hingga seniman asal Cianjur.
Satrio mengungkapkan, kekhawatiran dirinya bersama anggota HWC lainnya akan ancaman kepunahan budaya daerah yang disampaikan badan UNESCO membuat masyarakat itu sendiri harus menghargai warisan budaya lokal.
Baca Juga:Rp220 Triliun Dana Daerah Mengendap, Jokowi Ingatkan Kepala DaerahDampingi Herman, Tb Mulyana Tegaskan Tidak akan Ada Matahari Kembar
Sebagai informasi, UNESCO menyatakan bahasa daerah di Indonesia punah setiap 15 hari sekali. Hal itulah yang harus menjadi pacuan dan pegangan masyarakat untuk selalu berusaha melestarikan kebudayaan lokal yang sangat beragam, khususnya bahasa daerah.