CIANJUR – Selain Marroune Fellaini, Juan Mata adalah salah satu warisan David Moyes di Manchester United, Mr Humble- begitu para pewarta Liga Inggris menyebutnya.
Selama merumput di Old Trafford, kandang Manchester United, Mata termasuk pemain yang paling disayang, tidak hanya oleh para elit, tapi juga para supporter.
Untuk sekelas seorang attacking midfielder, Mata tak memiliki kemampuan fisik yang mumpuni. Namun lewat skill teknisnya, ia nyaris tak pernah menciptakan masalah di dalam dan di luar lapangan.
Sikapnya hangat, namun penuh dengan kejutan. Sebut saja dua assist-nya yang mengantarkan United menang 4-0 kontra Norwich City, Sabtu (11/1) lalu. Dilansir dari Whoscored, pemain berpaspor Spanyol mendapat rating 8.5. Tertinggi dari 21 pemain kedua tim alias man of the match.
Penampilan apiknya memberi kepercayaan kepada sang pelatih Ole Gunnar Solskjaer untuk mengukuhkannya sebagai penyuplai bola. Pengganti Paul Pogba dan Scoot McTominay yang masih dibekap cedera.
Dini hari (16/1) kemarin, 67 ribu pasang mata yang memenuhi Old Trafford kembali memberinya karpet merah untuk Juan Mata. Pria 31 tahun itu kembali menjadi menjadi bintang dalam laga Setan Merah versus Wolverhampton di laga replay ketiga Piala FA, Kamis (16/1/2020) dini hari WIB. Gol tunggalnyanya menjadi penentu kemenangan United di menit ke-67.
Sontekan yang dicetak Juan Mata tidak lepas dari peran penting Anthony Martial. Ia memberi assist indah yang membuat Juan Mata harus head to head dengan penjaga gawang Wolves, John Ruddy.
Aksi first touch-nya pun menjadi pembeda Mata dengan pemain lainnya. Ia tampak tenang mengontrol bola dengan cara yang indah. Kaki eks gelandang Chelsea itu seperti memiliki lem dan menempel bola yang datang dari segala arah.
Dilansir Omnisport, jika ditotal Juan Mata terlibat dalam tiga dari lima gol terakhir. Dari dua laga terakhir, Mata telah mencetak dua assist dan satu gol. Mata pun layak mendapat dua bintang di dua laga Setan Merah.
Jelas, Mata menjadi pembeda. Di saat United membutuhkan peran lebih dari Jesse Lingard dan Andreas Perreira, justru Mata yang menghadirkan harapan di belakang penyerang. Kurang mumpuninya terobosan Lingard dan Perreira memang mendapat kritikan dari Solskjaer.