Sebagai patarung dia tahu persis konsukuensi dari kekalahan. Tetapi bukan ini yang menjadi konsennya. Dia menyadari seandainya dia bertarung dan keok, lebih dari itu, seluruh loyalisnya bakal pula “terdepak” dari posisi-posisi di Golkar, mulai dari yang strategis sampai yang “ecek-ecek” sekali pun.
Hal ini karena selesai “pertempuran”, pastilah pihak lawan bakal melakukan babat rumput! Semua personil yang terkait dengan Bamsoet sudah pasti dibabat dan disikat habis dari jajaran kepengurusan Golkan, termasuk tidak diberikkan menduduki jabatan publik lain. Salah satunya dalam penyusunan calon legislatif yang akan datang, loyalis Bamsoet tidak akan diberikan kesempatan lagi.
Nah, Bamsoet tidak mau berpikir egois untuk diri sendiri. Dia tetap memperhatikan para loyalisnya agar lima tahun ke depan tetap dapat berkiprah di Golkar.
Itulah sebabnya manakala sebelum mundur, Bamsoet minta janji dan kepastian dari pihak lawannya bahwa orang-orangnya bakal diadopsi di kepengurusan Golkar dan jabatan-jabatan di berbagai lembaga. Jadi, mundurnya Bamsoet justeru untuk menyelamatkan para pendukung intinya.
Bamsoet juga sudah menakar ujung manuver-manuvernya. Ketika para penisepuh dan senior Golkar memintanya mundur dari pencalonan, itu berarti dukungan suara mengalir ke arah lawannya. Bamsoet politikus senior yang paham benar peta peluang dan ancaman.
Sewaktu ancaman lebih besar dari peluang, Bamsoet kali ini memilih memakai peluang yang ada daripada memaksakan diri menghadapi ancaman.
Selain itu, lewat pengunduran dirinya di saat bakal dimulainya Munas, Bansoet memberi sinyal kepada lawan-lawan politik Golkar, bahwa di Golkar betapa pun ada benturan keras, ada dinamika yang kencang, tetapi jangan lupa, Golkar sekarang ialah partai yang solid.
Partai yang kompak. Partai yang mempunyai penyelesaian khas dan damai. Pesan ini akan terkirim sebagai sinyal ke depan Golkar akan tetap menjadi partai yang kuat, yang tidak mudah ditaklukan pada Pemilu maupun pemilihan kepala daerah.
Terakhir, Bamsoet juga berhitung, ke depan peluangnya untuk meraih posisi lebih tingg lagi, misalnya, menjadi Wapres, tetap terbuka. Posisinya sebagai ketua MPR yang strategis dan dinamika politik yang terjadi di masa depan, masih membuka berbagai kemungkinan.