Cianjur Punya Monumen Tirto Adhi Soerjo, Ini Sosoknya!

Cianjur Punya Monumen Tirto Adhi Soerjo, Ini Sosoknya!
Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat meresmikan monumen RM Tirto Adhi Soerjo di Kantor PWI Kabupaten Cianjur, Jumat (29/11/2018). Namun siapa sosok RM Tirto Adhi Soerjo?
0 Komentar

CIANJUR – Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat meresmikan monumen RM Tirto Adhi Soerjo di Kantor PWI Kabupaten Cianjur, Jumat (29/11/2018). Namun siapa sosok RM Tirto Adhi Soerjo?
“Tentu bagi jurnalis, Tirto ini sudah tidak asing. Bahkan dia merupakan pelopor pers nasional. Diawali dengan penerbitan pers Pribumi pertama, dan itu dilakukan di Cianjur. Maka dari itu dengan adanya monumen ini, akan mengingatkan kita pada perjuangan Tirto untuk pers nasional,” kata Hilman di sela peresmian monumen Tirto.
Menurutnya, Tirto mencerminkan kegigihan dan perjuangan melalui pemberitaan. Oleh karena itu, semangat tersebut harus terus dijalankan melalui perjuangan dalam Demokrasi dan sosial kontrol.
“Semoga dengan diresmikan monumen ini, menjadi simbol profesi wartawan dan lebih profesional lagi,” kata dia.
Baca Juga: Puluhan Pelajar SMA Ikut ‘Bengkel Jurnalistik’ PWI Cianjur
Baca Juga: ‘Sawala Politika’, Diskusi Politik PWI Cianjur Sambut Pilkada 2020
Perlu diketahui, RM Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora pada 1880 dengan nama Raden Mas Djokomono. Kemudian RM Djokomono berganti nama sejak muda dimana lazim dilakukan priyayi zaman itu menjadi RM Tirto Adhi Soerjo.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Tirto mulai berkiprah dalam dunia Jurnalistik di Cianjur selepas keluar dari Stovia. Surat kabar mingguan yang dibuatnya pada 1903 dengan nama Soenda Berita itupun menjadi surat kabar Pribumi pertama.
Bahkan penerbitannya didukung dan dibiayai oleh Bupati Cianjur RAA Prawiradiredja. Surat kabar yang menjadi sarana pergerakan dan kritik terhadap pemerintahan Hindia-Belanda itupun terbit hingga 1903.
Selain Soenda Berita, Tirto juga mendirikan Medan Prijaji (1907) di Bandung dan Putri Hindia (1908) di Batavia. Bahkan Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (Indonesia) dan seluruh pekerjaan mulai dari pengasuh, percetakan, penerbitan, dan wartawannya adalah Pribumi Indonesia asli.
Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto pun diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam buku Tetralogi Buru: Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, dan Sang Pemula.
Pada 1973, pemerintah mengukuhkan Tirto sebagai Bapak Pers Nasional dan pada 3 November 2006 Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI nomor 85/TK/2006.(bay/hyt)

0 Komentar