JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bimbingan pranikah merupakan salah satu cara untuk menyiapkan generasi Indonesia yang unggul dan berdaya saing.
“Jadi sebetulnya perjalanan panjang ini bagaimana menyiapkan generasi Indonesia yang unggul dan berdaya saing,” katanya dalam sambutan di acara Sosialisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dan Rapat Koordinasi Teknis Sensus Penduduk 2020 di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Ia mengatakan bahwa berdasarkan data statistik, terdapat hampir 10 juta atau 9,4 persen rumah tangga miskin dan sangat miskin dari total 57,1 juta rumah tangga di Indonesia.
Baca Juga: Begini Respon Warga Cianjur Soal Sertifikat Nikah
Baca Juga: Kasus Perceraian Tinggi, PA Cianjur Apresiasi Sertifikat Nikah
“Kalau ditambah dengan yang hampir miskin, itu jadi 16,85 persen kemiskinan kita. Bayangkan 16,85 persen rumah tangga Indonesia itu statusnya masih miskin,” katanya.
Kemudian, ia juga menyampaikan pidato Presiden dalam rapat terbatas yang menyebutkan bahwa 54 persen angkatan kerja di Indonesia mengalami “stunting”.
“Tidak mungkin kita akan melahirkan generasi yang betul-betul unggul dan berdaya saing kalau (angka) stuntingnya masih 27,64 persen sekarang,” katanya.
Oleh karena itu, ia melihat bahwa masalah kemiskinan dan stunting perlu ditangani mulai dari akar, yaitu dari keluarga.
Calon pengantin, katanya, harus benar-benar diberi bimbingan sebelum menikah sehingga mereka mengetahui cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul ketika telah berkeluarga.
“Harus dibimbing sebelum menikah. Harus dibimbing betul-betul,” katanya.
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa bagi calon pengantin yang belum mendapatkan lapangan pekerjaan, pemerintah akan berupaya mendorong mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan khusus sehingga memiliki keterampilan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja.
Bagi mereka yang belum memiliki uang, pemerintah juga akan berupaya memberikan kartu prakerja guna memberikan akses keuangan yang dibutuhkan sampai mereka betul-betul siap secara finansial.
“Dengan begitu, kita bisa memotong mata rantai penambahan keluarga miskin,” demikian Muhadjir Effendy.(ant/hyt)