CIANJUR – Pasutri terduga teroris yang diamankan Densus 88, DS dan DK ternyata sering mengumpulkan teman di rumah kontrakan pertamanya di Kampung Cihaur 1 RT 01/04 Desa Gunungsari Kecamatan Ciranjang. Bahkan beberapa kali, DS berdebat dengan tokoh agama terkait ajaran agama dan Jihad.
Ustadz Ahmad Rifai (30), tokoh agama, menjelaskan, DS mulai tinggal di Kampung Cihaur 1 sejak usia 13 tahun, setelah ayahnya menikah dengan warga di wilayah tersebut.
“Untuk ibadahnya bagus, bahkan sering adzan juga. Ngaji nya juga rajin. Termasuk di sekolahnya berprestasi,” kata dia.
Setelah lulus SMK, lanjut dia, DS melanjutkan pendidiknya ke Perguruan tinggi di Bandung lantaran mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Namun, menurutnya, saat kuliah perilaku dan pemikiran DK tentang ibadah serta agama mulai berbeda.
Bahkan, ungkap Ahmad, dirinya sempat berdebat dengan DS terkait pandangannya tersebut. Apalagi setelah DS membahas soal Jihad dan mati di jalan yang mulia, termasuk jaminan masuk surga apabila gugur dalam berjihad.
“Sempat berdebat cukup keras dengan dia soal pandangannya yang keliru tersebut. Terlebih soal cita-citanya mati mulia jika berjihad terhadap apa yang dianggapnya salah,” kata dia.
Tidak hanya itu, setelah berhenti kuliah di tahun pertama. DS yang kembali ke lingkungan rumahnya juga sering membawa beberapa orang temannya hingga turut mendebat Ahmad soal pemahaman agama dan ibadahnya.
“Pernah juga saya tegur ketika waktunya salat Jumat, mereka malah pergi. Katanya sudah biasa pergi ke masjid di luar kampung sini. Seperti yang sudah tidak nyaman dengan lingkungan warga sini,” kata dia.
Dia menambahkan, DS juga memiliki agenda rutin setiap pekannya. Dimana setiap dua hari dalam seminggu DS mengikuti pengajian di tempat dosennya di wilayah Bandung. “Jadi seperti pengajian khusus untuk kelompok mereka, itu rutin setiap minggu ada dua hari kegiatan pengajian. Tapi tidak tahu untuk lokasi pastinya, yang jelas ngaji sama dosennya di Bandung,” kata dia.
Ahmad mengaku sudah menyampaikan perubahan sikap dan perilaku dari DS, termasuk pertanyaan dari masyarakat soal gerakan dan bacaan ibadah yang sedikit berbeda. Namun ayah dari terduga teroris itupun mengaku sudah sulit untuk membina anaknya tersebut. “Jadinya malah memasrahkan lagi ke saya,” kata dia.