Kisah Ramang Sang Penjaga Mercusuar

Kisah Ramang Sang Penjaga Mercusuar
0 Komentar

KENDARI – Ramang menghabiskan sebagian besar masa mudanya di menara suar, membantu navigasi kapal-kapal laut yang sedang berlayar. Pria yang lahir di Selayar pada 14 Mei 1966 itu selama 21 tahun bertugas menjaga mercusuar, termasuk mercusuar di pulau terpencil yang jauh dari permukiman warga.
“Oh banyak, kenangan yang enggak mungkin saya lupakan itu, apalagi masa-masa muda saya habis di sana,” kata pria yang biasa disapa Amang itu mengenai pengalamannya menjaga menara suar.
Pria 56 tahun itu perawakannya tinggi, garis wajahnya tegas, kulitnya kering kecokelatan, membuat orang mengira dia sebagai orang bertabiat keras. Padahal Amang orang yang humoris dan ramah.
Sebelum menjadi penjaga menara suar, Amang bercita-cita menjadi TNI Angkatan Darat. Di Makassar, da sudah pernah ikut ujian, tapi gagal, sehingga kemudian memutuskan untuk merantau ke Kendari.
“Orang tua enggak mau saya ke Kendari, tapi namanya anak muda punya prinsip sendiri. Waktu itu saya juga enggak kepikiran mau merantau ke sana,” katanya.
“Namanya saja Kendari, warna kehidupannya saya enggak tahu, tapi yang ada di benak saya adalah laki-laki harus punya kerja, enggak boleh lemah,” ia melanjutkan dengan penuh semangat.
Takdir kemudian mempertemukan dia dengan pekerjaan sebagai penjaga menara suar. ​​​​​​​Sangat bersemangat Amang menceritakan pengalamannya memulai pekerjaan sebagai penjaga mercusuar, dan berpindah dari satu pulau ke pulau lain untuk menjaga menara suar.
Anak dari pasangan Arama dan Samidaria itu pernah menjaga lima mercusuar di Sulawesi Tenggara, daerah kepulauan berpenduduk sekitar 2,7 juta yang kegiatan transportasinya sebagian berlangsung di wilayah perairan.
Menjaga Mercusuar Telaga Besar
Amang pernah menjaga menara suar di Tanjung Pamali, Telaga Besar, Tanjung Watutobatu, Tanjung Wangi-wangi, Tanjung Losmari. Namun pengalaman menjaga menara suar Telaga Besar Kabaena yang paling meninggalkan kesan baginya.
“Tahun 1992 saya ikut tes untuk pekerjaan ini, tahun 1993 masuk kerja dibina dulu, kemudian di tahun 1994 saya mulai ditugaskan ke Kabaena untuk menjaga menara suar Telaga Besar,” kata Amang, yang sering mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam.

0 Komentar