Ini Kisah Hidup Kak Mal, Ustadz yang Bisa Tirukan 80 karakter suara

Ini Kisah Hidup Kak Mal, Ustadz yang Bisa Tirukan 80 karakter suara
Ustadz Muhamad Abdul Latif (kak Mal).
0 Komentar

CIANJUR – Penceramah multitalenta, Muhamad Abdul Latif (43) atau yang akrab disapa Kak Mal, terlatih menirukan 80 karakter suara. Tidak jarang karakter suara yang dikeluarkannya, seperti suara hewan membuat pendengar dari mulai anak-anak sampai ibu-ibu tak beranjak dari tempat duduk.
Ditemui di Jalan Siliwangi saat akan memberi ceramah ke wilayah selatan Cianjur, Kak Mal mengisahkan perjalanan hidupnya hingga ia terkenal dengan sebuah ustaz pendongeng yang tak pernah lepas dari bonekanya yang bernama Ahmad.
“Awal saya mendongeng itu tak sengaja sejak duduk di bangku SMA, saat itu guru berhalangan hadir mengajar, lalu saya ke depan kelas dan mulai menirukan suara guru yang tak hadir, respons teman-teman sangat suka, banyak yang senang saya menirukan guru untuk belajar saat itu,” kata Kak Mal, Jumat (8/11/2019).
Ia mulai berlatih mendongeng Abunawas sejak SMA namun masih menguasai 4 karakter suara.
Sambil melatih suaranya, tahun 1995-1996 ia lulus sekolah dan sempat kerja di berbagai tempat seperti di toko besi dan bangunan sampai menjadi office boy. Tahun 2002 menjadi awal ia terjun ke dunia dongeng. Saat itu teman bosnya tempat bekerja mau buka TK di Depok.
“Bos saya tahu saya bisa mendongeng, ia menyuruh saya menjadi pendongeng di acara pembukaan sekolah TK,” kata Kak Mal.
Di tempat tersebut, Kak Mal sudah disiapkan empat boneka, ia bersyukur bisa memainkan dan anak-anak nyaman. Lalu masih di tahun yang sama, sang bos mempercayakan perusahaan cabang di Riau untuk dipimpin Kak Mal karena keuletannya.
Sambil bekerja, ternyata bakat Kak Mal yang bisa menirukan berbagai karakter suara dilirik oleh sebuah stasiun radio.
“Di Riau jadi penyiar radio bahasa Sunda, banyak yang suka jadi nambah jam siar lalu nambah lagi cerita anak,” katanya.
Dari situ Kak Mal suka dipanggil ke beberapa tempat, sudah mulai terbiasa dan saat itu penguasaannya jadi 10 karakter suara. Stasiun televisi pun langsung meliriknya menjadi presenter televisi.
Tahun 2004 ia kembali ke Bogor lalu dengan berat hati meninggalkan perusahaan untuk menggeluti bakatnya. Baru di tahun 2014 itu juga ia mulai merintis mendirikan Daarul Zamzam yang ke depannya akan menjadi pesantren Tahfiz Alquran.

0 Komentar