Menyedihkan, Ratusan Warga Mandi Berkubang Sampah

Menyedihkan, Ratusan Warga Mandi Berkubang Sampah
MENCUCI: Seorang warga tengah mencuci pakaian dengan menggunakan air sungai yang kotor bercampur sampah akibat sulitnya mendapatkan air bersih (FOTO: AYI SOPIANDI/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

CIANJUR – Sedikitnya 80 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Cikangkung RT 04/RW 02, Desa Sukajadi, Kecanatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur terpaksa harus menggunakan air kotor yang ada di kubangan sungai Cirata untuk mandi, cuci dan kakus (MCK).
Air kotor berwarna hijau yang bercampur sampah itu sudah tiga bulan digunakan sekitar 200 warga akibat sulitnya mendapatkan air bersih sejak kemarau melanda.
“Saya sudah biasa mandi di sini, meski banyak sampah di pinggir tempat saya mandi, kalau ada sampah mengambang kami ke pinggirkan dulu,” ujar Jai (60) warga yang sedang mandi di kubangan sungai yang di pinggirnya terdapat tumpukan sampah, Selasa (8/10) siang.
Jai membawa dua jeriken untuk membawa air kotor tersebut ke rumah dan digunakan untuk keperluan lainnya. Ia harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer untuk menuju kubangan air bercampur sampah tersebut.
Hal senada disampaikan warga lainnya, Nenti (30) yang terlihat sedang sibuk mencuci di pinggir kubangan air berwarna hijau yang bercampur sampah tersebut. “Mau dimana lagi pak, kami terpaksa menggunakan air hijau bercampur sampah ini, di sini semua warga sudah kesulitan air bersih,” kata Nenti.
Nenti mengaku anak-anaknya juga sering menggunakan air tersebut untuk mandi. Sampai saat ini, kata Nenti, belum ada anggota keluarganya yang terserang gatal. “Saya berharap ada bantuan air bersih untuk kami,” katanya.
Seorang tokoh masyarakat Desa Sukajadi, Bubun Gunawan (40), merasa miris melihat kondisi warga kampung yang menggunakan air kotor tersebut.
“Saya berinisiatif menyalurkan air bersih, sekitar 3 tangki dan dua tangki dari bantuan ibu Susi, tapi karena terlalu banyak warga yang krisis air bersih bantuan tersebut tidak cukup,” ujar Bubun.
Bubun mengatakan, baru lima tangki yang didistribusikan tapi jeriken dan ember di setiap titik tetap banyak mengantre.
Ia berharap bantuan yang permanen karena kekeringan rutin terjadi di sembilan kampung di Sukajadi. Bantuan permanen berupa sumur bor di titik krisis air bersih sangat dibutuhkan warga saat ini.
Muhamad Romli (42) tokoh Kampung Cikangkung mengatakan, warga mengantre di kubangan air kotor bercampur sampah sejak pukul 08.00 Wib sampai siang, lalu berlanjut sore hari mengambil air sampai malam hari.

0 Komentar