CIANJUR – Total korban keracunan gas kaporit dari bak penampungan Perumdam Tirta Mukti mencapai 17 orang. Bahkan beberapa di antaranya merupakan anak-anak.
Kapolsek Cilaku, Kompol Lubis mengatakan, pihaknya mencatat belasan korban yang mengalami dampak terparah dibawa ke rumah sakit dan klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
“Begitu kejadian sudah dicek dan didata, sebanyak 11 korban dibawa ke RSUD Sayang Cianjur dan 6 lainnya dibawa ke klinik,” kata dia kepada Cianjur Ekspres saat ditemui di IGD RSUD Sayang Cianjur, Selasa (1/10/2019).
Menurutnya, setelah melakukan pendataan tersebut, kepolisian akan meminta keterangan pada para saksi dan korban. Rencananya pihak Perumdam pun bakal diperiksa terkait adanya kebocoran tabung klorin atau kaporit.
“Kami masih dalami penyebab pasti terjadinya kebocoran tabung tersebut. Untuk saat ini kami fokus untuk penanganan para korban,” tuturnya.
Tatang Misbah (42) salah seorang korban, mengaku mengalami mual dan pusing setelah terlalu banyak menghirup banyak gas tersebut. Pasalnya rumah korban berdampingan dengan bak penampungan Perumdam.
“Sempat sesak, dan hampir tidak bisa bernafas ketika kejadian. Soalnya saya kan tidak langsung lari menjauh, tapi menyelamatkan dulu anak dan istri yang masih ada di dalam rumah,” kata dia.
Tatang mengatakan, ketika berhasil menjauh, dirinya langsung dibawa oleh warga lainnya ke rumah sakit, lantaran kondisi tubuh yang terus melemah. Selain dia, dua anak dan istrinya juga dirawat di rumah sakit lantaran terlalu banyak menghirup gas kaporit.
“Iya anak saya juga dirawat dua-duanya. Kalau tidak salah tadi juga ada bayi yang terkena dampak parah karena tempat tinggalnya berdekatan, tapi tidak tahu apakah langsung dibawa ke rumah sakit atau tidak,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama Perumdam Tirta Mukti, Budi Karyawan, mengatakan, pihaknya akan bertanggungjawab dan menanggung semua biaya pengobatan para korban yang terdampak gas klorin yang bocor.
Dia menambahkan, korban berangsur membaik dan sebagian sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing.
“Kami tanggung biaya pengobatannya, termasuk akan bertanggungjawab untuk dampak lainnya. Untuk laporan saat ini, informasinya sebagian besar warga yang dirawat sudah pulang,” tuturnya. (bay/hyt)