Sebesar 25 Persen Penduduk Cianjur Stroke

Sebesar 25 Persen Penduduk Cianjur Stroke
RAPAT: Plt Bupati Cianjur H Herman Suherman menghadiri acara rapat evaluasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur. Saat ini Dinkes prediksikan 25 persen jumlah penduduk Cianjur mengalami struk. Sepuluh persennya menghalami kematian. (FOTO: AYI SOPIANDI/CIANJUR EKSPRES)
0 Komentar

CIANJUR – Sekitar 25 persen dari jumlah penduduk Cianjur yang mencapai dua juta lebih mengalami penyakit struk. Kematian akibat stroke merupakan berawal dari hipertensi dan penyakit lainnya seperti diabetes melitus.
Hal itu ditegaskan Kepala Bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur Hj Neneng Eva Fatimah pada saat menggelar rapat koordinasi pencapaian program evaluasi tahun 2019 bersama jajarannya di salah satu hotel di Kecamatan Pacet, Selasa (11/9).
Ada beberapa program-program penyakit yang ditangani oleh P2P, diantaranya penyakit menular dan tidak menular. Diantaranya penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan penyakit yang tidak menular seperti Stroke, Gula Darah, Diabetes Melitus dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
“Penyebab utama kematian di Kabupaten Cianjur khususnya dan juga disemua di kabupaten/kota, yaitu dari penyebab penyakit tidak menular seperti stroke yang diakibatkan dari hipertensi dan diabetes melitus,” kata Eva.
Eva mengatakan, dari total 25 persen jumlah penduduk yang melaporkan hipertensi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur rata-rata diusianya yang masih reproduktif, yakni kisaran usia 15 hingga usia 59 tahun.
“Dan kematian akibat struk itu sebanyak 10 persennya dari jumlah total 25 persen yang terkena penyakit stroke,” ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut terjadi karena pola gaya hidup, aktifitas dan tidak pernahnya mengecek rutin kesehatan. Dikatakan Eva, saat ini ada yang namanya cek kesehatan dengan teratur, enyahkan asap rokok, rajin olah raga, istirahat yang cukup dan kelola stres dengan baik (Cerdik).
“Jadi sesuai dengan instruksi pak Plt Bupati Herman Suherman, bagi masyarakat untuk melakukan pengecekannya sendiri itu tidak dipungut biaya alias gratis asal maunya saja dan tinggal datang ke klinik terdekat,” pungkasnya.(yis/sri)

0 Komentar