Selain itu, Emil mengatakan bahwa pihaknya akan meluncurkan program Pesantren Kilat untuk lansia. Tak hanya program spiritualitas, di pesantren kilat ini, para lansia akan diberikan wawasan tentang pertanian atau berkebun. Rencananya, lokasi pesantren tersebut ada di Kabupaten Bandung Barat.
“Dua minggu dalam sebulan kita belajar agama di pesantren yang disiapkan. Pada saat tidak ngaji, bisa berkebun, bertani, atau bercocok tanam. Jadi, dua-duanya dapat, kegiatan fisik mendekati alam dan kegiatan spiritualitas belajar agama,” ucapnya.
Menteri Sosial RI Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa lansia bukan halangan untuk tetap berkontribusi kepada negara dan masyarakat. Sebagai generasi muda, lanjut Agus, kita perlu mendukung semangat positif para lansia, seperti yang terlihat dalam acara HLUN 2019 yang dihadiri sekitar 6.000 lansia.
Pemerintah juga akan mendorong agar aturan batas usia lansia 60 tahun diubah menjadi 65 tahun. Karena menurut Agus, usia 60 adalah usia yang masih produktif dan aktif. Sesuai dengan tema HLUN 2019 “Lanjut Usia Mandiri, Sejahtera, dan Bermartabat.”
“Tentu saya akan mempertimbangkan untuk mendorong adanya revisi aturan itu agar lansia kita tetapkan pada umur 65 tahun,” katanya.
“Menjadi tantangan kita saat ini agar para lansia bisa menjadi aset Sumber Daya Manusia yang tetap sehat, mandiri, produktif, sejahtera dan bermartabat, sehingga para lansia masih bisa berkontribusi secara positif terhadap pembangunan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa Indonesia telah memasuki era dengan penduduk berstruktur tua. Era tersebut dimulai pada tahun 2000 dengan proporsi lansia mencapai 7,18%, sedangkan suatu negara yang dikategorikan negara bertsruktur tua apabila proporsi lansia mencapai 7% ke atas.
Pertumbuhan jumlah lansia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2005 terdapat 8,5% penduduk lansia, pada 2010 ada 9,77% penduduk lansia, dan diakhir 2018 jumlah penduduk lansia mencapai 24,4 juta jiwa atau 9,27% dari total populasi Indonesia. Pada 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 11,3%.
“Tentu hal ini sudah seharusnya pemerintah baik pusat maupun daerah bekerja sama dengan lembaga non-pemerintah untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada lansia,” katanya.
Agus pun memaparkan beberapa hal terkait langkah konkret yang perlu dilakukan untuk menjadikan lansia sebagai aset SDM yang produktif. Pertama, langkah preventif merupakan upaya mencegah dan menanggulangi risiko kemiskinan di kalangan lansia. Kedua, protektif adalah upaya untuk memberikan pelayanan dasar dan bantuan sosial bagi lansia yang perlu layanan.