Produksi Padi Hilang 9.333 Ton

Produksi Padi Hilang 9.333 Ton
0 Komentar

CIANJUR – Dinas Pertanian Perkebungan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur mencatat luas tanaman padi yang terdampak kekeringan saat ini mencapai 1.941 hektar. Kehilangan produksi pertanian akibar kekeringan seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk puluhan ribu orang dalam satu bulan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Mamad Nano, mengatakan, dari 1.941 hektar lahan terdampak kekeringan, 152 hektar mengalami puso atau gagal panen, 290 hektar kekeringan berat, 507 hektar kekeringan sedang, dan 992 hektar kekeringan ringan. Jumlah itupun diperkirakan akan terus bertambah, mengingat setiap wilayah diinstruksikan untuk melaporkan kondisi pertanian selama kemarau ini.
“Untuk perkiraan tanaman padi sawah yang terancam kekeringan itu ada 3.774 hektar. Jadi dari laporan ayng ada kemungkinan akan terus bertambah,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, Selasa(9/7).
Menurutnya, lahan yang terdampak kekeringan disebabkan dua faktor, yakni kondisi alam yang memang tengah dalam musim kemarau serta faktor sarana prasarana sepertihalnyad i Cibeber, dimana irigasi teknis jebol sehingga aliran air menjadi tidak normal.
Dia menjelaskan, dengan adanya kekeringan tersebut Cianjur terancam kehilangan produksi padi hingga ribuan ton, padahal jumlah produksi tersebut bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk puluhan ribu orang dalam sebulan.
“Dari luas lahan yang terdampak itu, diperkirakan Cianjur kehilangan produksi padi sebanyak 9.333 ton. Jika kebutuhan pangan rata-rata untuk satu orang itu 9,5 kilogram per bulan, seharusnya produksi yang hilang itu bisa memenuhi kebutuhan hingga 90 ribu orang per bulan,” kata dia.
Mamad, mengatakan, perlu penanganan serius untuk menyelamatkan lahan pertanian di Cianjur dari dampak kekeringan, di antaranya mengoptimalkan saluran irigasi teknis dan memastikan ketersediaan air di sungai tetap aman. Namun hal itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan anggaran yang tidak sedikit.
Dia mengaku, saat ini dinas pertanian hanya mengandalkan penggunaan pompa untuk mengairi lahan yang terdampak kekeringan. Tetapi hal itu masih belum maksimal.
“Kalau pompa kan cakupannya itu paling hanya untuk beberapa hektar lahan. Makanya perlu penanganan berkepanjangan. Kami akan terus berkoordinasi dengan intansi terkait untuk pembangunan dan optimalisasi irigasi teknis supaya lahan pertanian tetap aman meski kemarau,” pungkasnya.(bay/red)

0 Komentar