Pergerakan Tanah Dominasi Bencana di Cianjur

Pergerakan Tanah Dominasi Bencana di Cianjur
AMBRUK: Sebuah rumah terancam ambruk akibat pergerakan tanah. Hingga saat ini di Kabupaten Cianjur bencana alam pergerakan tanah mendominasi sepanjang Januari-Juni 2019 dibandingkan bencana alam lainnya. (FOTO: DOK)
0 Komentar

CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur mencatat sudah ada 58 peristiwa kebencanaan yang terjadi selama periode Januari-Juni 2019. Longsor dan pergerakan tanah menjadi bencana yang paling banyak terjadi, namun BPBD saat ini mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana kekeringan di musim kemarau.
Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Sugeng Supriyatno, mengatakan, selama semester pertema 2019, terjadi bencana tanah longsor sebanyak 28 kejadian, kemudian banjir sebanyak 20 kejadian, dan angin puting beliung sebanyak 7 kejadian. Selain itu juga terjadi bencana cuaca ekstrem, pohon tumbang, dan orang tenggelam yang masing-masing tercatat sebanyak 1 kejadian.
Sama halnya dengan tahun ini, di 2018 bencana didominasi oleh pergerakan tanah dan longsor sebanyak 36 kejadian. Kemudian kekeringan sebanyak 18 kejadian, banjir sebanyak 16 kejadian, angin puting beliung sebanyak 7 kejdian, bahkan gempa tercatat sebanyak 6 kejadian.
“Sejak tahun lalu memang bencana pergerakan tanah dan longsor paling banyak terjadi, kemudian di tahun lalu ada kekeringan. Untuk tahun ini bencana kekeringan belum tercatat lantaran belum masuk musim kemarau, tapi potensi terjadinya bencana tersebut kemungkinan cukup banyak,” kata dia kepada Cianjur Ekspres,Rabu (3/7).
Menurutnya, BPBD saat ini tengah melakukan upaya antisipasi bencana kekeringan, supaya jumlahnya bisa diminimalisir dibandingkan tahun lalu. “Sejak bulan lalu kami mulai petakan daerah rawan bencana kekeringan, supaya bisa dilakukan pencegahan,” kata dia.
Namun, dia mengaku, beberapa hari lalu pihaknya mendapatkan laporan dari beberapa kecamatan terkait mulai sulitnya warga mendapatkan air bersih dan terancam bencana kekeringan. Oleh karena itu, pihaknya segera menerjunkan tim untuk melakukan pengecekan.
Di samping itu, BPBD juga mengajukan bantuan peminjaman truk tangki air dari Pemprov Jabar untuk dristribusi air bersih ke daerah yang mengalami kekeringan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan mobilisasi bantuan air bersih, sehingga tidak hanya mengandalkan unit mobil tangki dari Perumdam Tirta Mukti.
“Awalnya kami ajukan dua unit, tapi direalisasikan peminjamannya satu unit karena daerah lain di Jabar juga mengajukan peminjaman. Tapi kami harap dengan bantuan yang ada bisa mempermudah distribusi air bersih, mengingat Perumdam juga terbatas dan memiliki keperluan untuk memenuhi kebutuhan air bersih ke pelanggannya,” tutur dia.(bay/sri)

0 Komentar